Saya tidak suka membaca buku, kecuali nemuin buku yang benar-benar klik dengan selera saya. Semua orang barangkali sama, semua bisa suka membaca asalkan ketemu buku yang tepat. Satu-satunya cara untuk menemukan buku yang tepat tentu saja dengan terus membaca.
Membaca mestinya bukan pilihan tapi keharusan. Perintah pertama dalam agama adalah “bacalah!” Benci membaca itu kriminal. Kata Joseph Brodsky, “Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.”
Sempatkan waktu untuk membaca, jangan membaca hanya jika sempat. Tingkat literasi masyarakat NKRI harga mati adalah 0.001, artinya dari 1000 orang hanya ada satu yang minat membaca. Rata-rata warga Indonesia hanya membaca 0-1 buku setahun, bandingkan dengan warga Jepang yang rata-rata membaca 10-15 buku atau warga Amerika yang membaca 10-20 buku. Bangsa Yahudi jadi digdaya juga lantaran sadar pentingnya membaca. Orang-orang Yahudi dituntut belajar membaca dan menulis setelah Yerusalem hancur pada tahun 70 masehi, di masa dunia masih didominasi buta huruf.
Milikilah ruang baca di rumah, seperti kata Cicero, “A room without book like body without soul”. Buat lingkungan yang membuatmu mudah membaca. Tan Malaka masih berusaha membuat perpustakaan meskipun dalam pelarian, dia rela mengurangi pakaian dan makanan demi buku. Saat Sukarno ditahan, ia menerima buku-buku yang diselundupkan istrinya, Inggit, di bawah stagen alias korset. Hatta membawa 16 peti buku saat dia diasingkan. Mahar Hatta bagi istrinya adalah buku "Alam Pikiran Yunani" yang ia tulis sendiri.
Baca, baca, baca baru bicara. Jangan kebalik, banyak bicara tapi jarang membaca. Jangan menyeburkan kata-kata minim makna.
Komentar
Posting Komentar