Aristophanes, penulis drama masa Yunani Kuno
menggambarkan ciri-ciri pria ideal sebagai “dada yang berkilau, kulit cerah,
bahu lebar, lidah kecil, bokong kuat, dan penis kecil”. Patung-patung pria Yunani
yang kita lihat di internet nampaknya memvalidasi ucapan Aristophanes, penis
mereka imut! Bagi orang-orang Yunani Kuno penis kecil adalah penanda seseorang
tidak dikalahkan oleh nafsunya. Itulah sebabnya patung dewa atau pahlawan memiliki
penis yang kecil dan tidak ereksi. Penis besar adalah milik orang-orang bodoh
yang logikanya dikalahkan oleh nafsu syahwat. Satyr sing manusia setengah
kambing yang suka mabuk adalah salah satu yang divisualisasikan memiliki penis
besar.
Perkara penis pernah jadi tema penting di
beberapa peradaban. Britania Raya era Victoria pernah dirisaukan bukan karena
ukuran penis mereka tapi karena warganya yang hobi mengocok penis alias onani. Onani
nampaknya memang dibenci banyak pihak. Injil pun menceritakan kebencian tuhan
kepada Onan yang membuang-buang spermanya, dari nama Onan itulah perbuatan itu
disebut onani. Saking bencinya rezim Victoria dengan kebiasaan onani warganya
sampai-sampai lahir alat-alat aneh pencegah onani, semisal “cincin” bergerigi.
Lord Baden Powell si Bapak Pramuka itu bahkan punya ide agar tiap pagi orang-orang
meredam penisnya dengan air sedingin es untuk mengurangi hasrat onani.
Berdasarkan survei, ukuran penis warga Britania
dan Yunani hanya selisih koma. Andai rumus orang-orang Yunani Kuno benar dan
ukuran penis suatu bangsa ajeg dari masa ke masa, maka mereka sama nafsuannya dan
laki-laki Indonesia lebih cerdas dan minim nafsu karena penisnya kalah ukuran.
Komentar
Posting Komentar