Saya
pernah mengikuti seleksi kerja yang cukup menjanjikan, nilai ujian tulis saya
aman, sesi ujian lainnya juga lancar. Saya optimis lulus tapi kenyataan tidak,
ternyata sudah ada nama yang dipastikan lulus sebelum ujian dimulai. Dia tidak
lolos ujian tulis lalu panitia mengubah ambang batas kelulusan menyesuaikan
nilainya. Alhasil, pekerjaan itu tidak saya dapatkan tapi saya belajar bahwa
hidup ini tidak hitam putih. Secara teknis saya gagal tapi situasinya tidak
sesederhana itu, ada faktor yang tidak bisa saya kendalikan yang membuat tidak
adil jika pilihannya hanya gagal dan sukses. Saya tidak sedang menghibur diri
tapi hidup memang tidak selalu menyajikan dua pilihan yang berlawanan. Selalu
ada wilayah abu-abu.
Ketika nenek moyang kita masih hidup di alam liar
bersama predator mereka dituntut untuk berpikir cepat antara bertarung atau
lari. Hanya ada dua pilihan. Pola pikir sederhana ini menentukan hidup dan mati
mereka. Cara berpikir yang menyederhanakan pilihan-pilihan kompleks menjadi dua
pilihan yang bertolak belakang disebut pemikiran biner. Cara berpikir ini terus
diwariskan meskipun sebagian manusia sudah belajar berpikir kompleks.
Banyak orang masih tidak bisa memahami situasi dari
sudut pandang yang kompleks, sulit untuk melihat dari perspektif (orang) lain.
Banyak di antara kita masih tersesat pada keyakinan bahwa hanya ada dua
pilihan, misalnya benar-salah atau baik-buruk. Cara berpikir ini mengabaikan
kompleksitas yang nyata-nyata ada. Cara berpikir ini rawan membuat tekanan
batin. Saat tertimpa masalah, orang langsung berpikir bahwa dia gagal tanpa
mempertimbangkan kemungkinan ada faktor lain di luar kendalinya. Seseorang gagal
ujian karena dicurangi, apakah dia bodoh? Orang kelaparan terpaksa mencuri roti
dari penyamun, apakah dia sepenuhnya salah? Ada bocah yang sangat ahli melukis
tapi nilai matematikanya buruk, dia disebut bodoh atau pintar? Selain
benar-salah, baik-buruk, gagal-sukses, berpikir biner juga wujud dalam
mentalitas kita-mereka, menganggap orang-orang di luar kelompoknya adalah
sepenuhnya berbeda.
Laki-laki miskin yang memilih mundur dalam percintaan
dengan perempuan kaya disebut pengecut atau tahu diri? Perempuan yang mencari
pasangan mapan disebut materialistis atau realistis? Selalu ada ruang yang bisa
diperdebatkan di antara dua pilihan ekstrem. Jangan gegabah menilai sesuatu
secara mutlak berdasarkan alasan-alasan parsial. Hanya karena beberapa hari
yang buruk, bukan berarti hidupmu terkutuk.
Komentar
Posting Komentar