Hari ini saya menguji dua puluh proposal penelitian. Delapan belas proposal saya tolak, dua sisanya gagal karena penulisnya tidak hadir. Saya bukan tipikal people pleaser, saya melakukan apa yang menurut saya perlu meskipun orang lain mungkin tak suka. Bagi saya cara terbaik untuk menghargai proposal, skripsi, makalah atau karya mahasiswa yang semisal itu adalah dengan mengujinya dengan serius. Ujian skripsi yang cuma haha-hihi itu penistaan terhadap proses menulis skripsi yang tak mudah dan tak murah. Seharusnya penulis skripsi merasa tersinggung jika tidak diuji secara layak.
Saya pernah mengikuti satu wawancara proposal penelitian. Tulisan saya dikuliti habis-habisan. Saya dihujani pertanyaan yang benar-benar membuat saya kliyengan. Sekian menit yang benar-benar membuat saya terlihat bodoh dan memang bodoh. Begitu sesi itu selesai, saya benar-benar merasa bahagia. Saya belajar banyak hal dari pertanyaan-pertanyaan sulit itu, saya tahu perlu belajar apa lagi setelahnya. Dibantai, dihabisi atau apa pun istilah untuk ujian yang sulit selama masih pada koridor yang benar maka tetap saya nikmati. Beda halnya jika pengujinya tidak kompeten tapi ngeyel, itu baru benar-benar menjengkelkan.
Saya pernah bertemu penguji entah-berentah yang tidak menguasai topik, asal tanya, ngeyel dan terkesan ingin menjatuhkan. Seseorang kadang menjadi beringas untuk menutupi kekurangannya. Model penguji seperti itu perlu dikritik dan didoakan agar bertobat. Saya pribadi akan menolak jika diminta menguji skripsi di luar bidang keilmuan saya. Saya tidak mau jadi badut, apalagi badut yang kejam.
Komentar
Posting Komentar