Kata
“anjay” seminggu terakhir ngehits di medsos gegara diharamkan oleh komnas PA.
“Anjay” bukan nama makanan sebangsa “capcay” dan “siomay”, melaikan plesetan
dari “anjing”. Memplesetkan umpatan bukan hal baru, Bung Karno pernah
mempopulerkan kata “sontoloyo” yang menurut Ivan Lanin kemungkinan berasal dari
kata “kont*l” dan “loyo”. Balik soal “anjay”, kata ini sebenarnya lebih mending
dari pada blak-blakan bilang “anjing”. Mending bukan berarti pula layak dipakai.
“Anjing” adalah umpatan khas Indonesia, mana pernah kita
nonton film Barat ada penjahat mengumpat dengan kata “dog” atau “Scooby-Doo”. Orang
sana lebih sering misuh-misuh dengan kata “f*ck”. Dialog khas ala penjahatnya
adalah menambahkan kata itu sebelum kata lainnya, misalnya mendahului adjective
seperti dalam kalimat “that’s f*cking stupid!” Dalam
perkembangannya, Kata
ini tidak selalu dimaknai negatif, bisa juga sekadar menjadi penguat maksud seperti dalam "what the fucking style of
you", kamu keren sekali! Kata “f*ck” agak sulit dicari padanan yang pas dalam Bahasa Indonesia. Jika
diruntut sejarahnya, kata ini konon akronim dari "Fornication Under
Consent of The King" alias “hubungan intim telah mendapatkan ijin dari
raja”. Orang Inggris zaman dulu kalau mau berhubungan intim perlu minta izin
raja. So, jika merujuk ke keterangan itu maka “f*ck lebih dekat dengan kata “danc*k”.
“Danc*k”berasal dari kata “diancuk” artinya “disetubuhi”, sedikit nyerempet
dengan asal-asul “f*ck”. Ah, saya kok mendalami sekali sejarah permisuhan ini.
“Anjing” menjadi umpatan populer
di Indonesia dimungkinkan karena mayoritas masyarakat kita adalah muslim
penganut Mazhab Syafii yang menganggap anjing sangat najis. Anjing dianggap padanan
yang tepat bagi seseorang yang rendahan, buruk dan perlu dijauhi seperti najis.
Orang-orang Barat yang menjadikan anjing teman tentu tidak nyambung dengan
logika ini. Bahkan, sebagian kebudayaan memuji seseorang dengan menyamakannya
dengan anjing. Masyarakat kita sebenarnya juga mengenal sifat-sifat baik pada anjing
seperti setia atau penurut, tapi tetap saja ogah disamakan dengan anjing. Citra najisnya lebih kuat dari sifat-sifat
baiknya. Anjing terlanjur mantap jadi umpatan. Ada beberapa umpatan
yang merujuk pada anjing, umpatan versi daerah asal saya mungkin yang paling
mantap, orang-orang biasa ngomong “Asu!” atau “Uasuu!”.
Oh gitu asal muasalnya...
BalasHapus