(Awas, tulisan ini memuat kata-kata kasar)
Ada penceramah yang suka sekali berkata-kata kasar semisal "goblok", "bajingan", "tolol" dan yang masih anget "l*nte". Sebenarnya orang macam ini gak layak diladeni dengan serius. Agama hanya dibebankan kepada orang yang berakal sehat, orang yang akalnya sakit tidak perlu digubris. Wong edan pokoke bebas! Andai secara medis masih sehat otaknya, nampaknya rasa malunya sudah hilang. Orang yang tidak tahu malu dipersilakan berbuat semaunya.
Saya coba browsing riwayat pendidikannya, syukur kalau sekalian dapat riwayat kesehatannya. Hasilnya nihil. Biografinya gak dikenali Mbah Google. Saya hanya menemukan rekam jejak ujaran kebencian, dan tulisan-tulisan yang mempertanyakan asal-usul orang itu. Saya sampai kepikiran, apa orang ini memang tidak punya sisi yang lumrah dimiliki seorang "ustaz".
Saya masih telaten mencari. Saya gak nemu apa yang saya cari, tapi malah dapat informasi menarik terkait alasannya suka mencaci. Aku dadi pengin melu misuh-misuh, dia merasa telah meneladani Nabi Muhammad setiap kali melontarkan kata-kata kotor terhadap orang yang dia anggap musuh. Dia secara serampangan men-qiyas-kan omongan kotornya dengan perbuatan Rasullullah menyebut Amr bin Hisyam dengan julukan "Abu Jahal" alias bapak kebodohan. What a mbuh! Saya rasa ini sebuah penistaan terhadap Rasulullah.
Hisyam bin Amr disebut Abu Jahal bukan karena Nabi suka mencela. Jika Nabi suka mencela, mestinya Walid bin Mughirah, yang keburukannya paling banyak dibicarakan dalam Al-Qur'an, mendapat julukan yang lebih sadis dari Abu Jahal. Nyatanya tidak. Saya kira julukan Abu Jahal lebih pada negasi (penyangkalan) terhadap julukan sebelumnya yakni Abu Hakam. Lagian, Nabi akhirnya menghimbau kaum muslimin untuk tidak lagi mempopulerkan sebutan "Abu Jahal" setelah Ikrimah anaknya Abu Jahal masuk Islam.
Ah, manusia memang kreatif, misuh pun dicarikan dalil!
Komentar
Posting Komentar