Kalau ada tetangga muslim kita yang berpenampilan kearab-araban gak usah risau, hal itu tak lebih unik dari perayaan natal di negeri tropis tapi bertema salju-saljuan ala Eropa. Tulisan ini tidak menggunakan perspektif agama loh ya, saya hanya ingin menyoroti bahwa hal-hal tertentu tak harus punya alasan yang rumit. Natal selalu dikaitkan dengan salju, setidaknya begitulah yang digambarkan dalam film Home Alone yang entah berapa kali diputar RCTI. Nyatanya, di Inggris pun jarang ada salju menumpuk di hari natal. Salju lebih mungkin muncul di bulan Januari dan Maret. Jika ditarik ke versi Injil Lukas, saat Yesus lahir di Betlehem ada para penggembala yang menjaga ternak mereka di padang, apa iya ada orang menggembala di musim salju? Balik lagi ke awal, kadang-kagang yang seperti itu gak perlu dipikir mendalam. Mau berbahagia saja kok dibikin ribet. Gak perlu juga tanya kenapa harus ada pohon cemara.
Sekali lagi, kadang-kadang kita perlu lebih santuy. Saya biasa makan tanpa sendok, makan di hotel pun demikian. Saya suka pakai celana cingkrang, juga punya jenggot imut. Kita tak perlu juga membuat-buat filosofi dari ketupat sewaktu lebaran, makan saja. Ketupat memang berasal dari budaya Hindu tapi kelihatannya sudah tertarik dengan Islam setelah sering diajak lebaran. Burung gereja belum tentu Kristen, pipit haji juga belum pasti Islam. Kalem sajalah. Lepaskan. Ikhlaskan. Kalau dipikir-pikir kenapa di gereja nyanyinya seriosa bukannya hadrah, bukannya Yesus orang Palestina? Kenapa pula kalau ke masjid pakai baju koko yang asalnya dari Cina, Arab bukan, nusantara juga bukan. Mau shalat apa mau kungfu?
Komentar
Posting Komentar