Langit Alexandria membiru seperti warna mata gadis-gadisnya. Warna elok itu berpadu dengan pasir putih kekuningan di bibir Laut Mediterania yang dihiasi batu warna-warni. Pedagang aneka makanan berderet di kota bergaya Athena itu, rata-rata menawarkan makanan khas setempat. Aku hanya sarapan seadanya di rumah, seperti biasanya. Bukan karena aku tak menyukai makanan Alexandria, tapi aku memang tidak sedang di sana melainkan di Kartasura yang identik dengan rica-rica Scooby-Doo. Gambaran ciamik Alexandria tak ada hubungannya denganku.
Selesai mengisi amunisi, aku langsung berlari kecil menuju tempat pemberhentian bus. Lhadalah, ternyata bus langgananku sudah berangkat. Bus kok lagaknya seperti cinta, datang dan pergi seenaknya. Aku nggrundel. Alhasil aku naik bus setelahnya. Bus yang kukenal lemot na'udzu billah, beda dengan langgananku. Yah, anggap saja ujian. Membayangkan nyamannya bus itu sama ngilunya dengan datang ke nikahan mantan; mantan majikan.
Aku yang semula dongkol, berubah jadi happy pol. Setelah melaju beberapa menit, kudapati bus langgananku parkir di tepian jalan, bannya bocor. Andai tadi aku naik bus itu, tentu moodku bakalan lebih berantakan. Alhamdulillah, apa yang awalnya dikira musibah ternyata anugerah. Saat pilihan kita tidak kesampaian, pilihan Tuhan sedang berjalan.
Bus yang kutumpangi jadi agak ngegas karena ingin menyerobot pelanggan bus mogok itu, yang pastinya sedang menunggu di depan sana. Jadilah aku tambah bahagia. Ini contoh jelas dari ayat "bersama kesulitan ada kemudahan". Kadangkala musibah yang menimpa kita adalah anugerah yang menghindarkan kita dari musibah lain yang lebih buruk. 'Ala kulli hal, alhamdulillah.
̶G̶e̶b̶e̶t̶a̶n̶ Bus yang sudah jadi mantan memang tampak lebih menggemaskan, tapi tak pernah sebaik dia yang datang kemudian dan setia menemani hingga akhir perjalanan. Ehe.
Komentar
Posting Komentar