Langsung ke konten utama

CPNS

Mumpung sedang musim tes CPNS, saya mau cerita pengalaman saya soal perhelatan tersebut. Jadi PNS sebenarnya agak muluk-muluk bagi saya, apalagi dosen PNS. Bayangkan, ketika akhirnya saya ikut seleksi tersebut pesertanya sekitar empat juta orang. Manusia sebanyak itu berebut peluang jadi pegawai negeri.

Saking banyaknya jumlah itu membuat situs pendaftaran CPNS keok. Kalau mau agak lancar mesti begadang sampai pagi, bahkan ada yang sampai membayar joki. Saya tentu bukan golongan itu, saya daftar belakangan, menunggu keriuhan surut. Kalaupun gagal mendaftar maka anggap saja belum jatahnya. Seumur hidup saya cuma mendaftar CPNS ke satu instansi, tempat kerja saya saat ini.

Saya dari Jatim, kuliah di Surakarta dan Yogyakarta tapi daftar ke Salatiga dan lokasi tes di Semarang. Blank. Saat berangkat ujian modalnya nekat percaya Google Maps. Pas naik bus ketemu beberapa orang berpakaian putih hitam, saya yakin mereka juga mau ujian, maka saat mereka turun saya ikutan turun saja. Alhamdulillah insting saya benar.

Ribuan orang sudah di lokasi, selain berebut lulus mereka juga mesti berkompetisi saat ke WC. Saya antre pipis hampir sejam, ketika tiba giliran tersiar kabar airnya habis. Ini adalah ujian babak awal. Saat sudah masuk ruang ujian saya mesti thawaf keliling GOR sampai kaki ngilu untuk mendapatkan kursi kosong. Nampaknya saya memang orang terakhir yang duduk. Dipersingkat saja, saya lulus ujian ini.

Ujian CPNS ada beberapa tahapan tapi kelihatannya tak menarik diceritakan semuanya, langsung ke pengumuman saja. Hasil ujian diumumkan secara online, tapi mengunduh dokumen belasan belasan ribu halaman tidaklah mudah. Apalagi ribuan orang mengakses bersamaan. Berkali-kali mencoba download selalu gagal, saya sampai motoran nyari sinyal ke luar kampung tetap gagal. Akhirnya cari informasi dari 17 ribu pulau siapakah yang sudah bisa download. Alhamdulillah, ada! Akhirnya saya tahu bahwa saya lulus lewat bantuannya. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 11 malam.

Saking kagetnya saya mendadak mual pengin muntah. Bagaimanakah reaksi orang-orang setelah saya benar-benar lulus seleksi tersebut? Sebagian bertanya, "isa lulus CPNS mbayar pira?" Iyyuuuh....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membaca Buku

Saya tidak suka membaca buku, kecuali nemuin buku yang benar-benar klik dengan selera saya. Semua orang barangkali sama, semua bisa suka membaca asalkan ketemu buku yang tepat. Satu-satunya cara untuk menemukan buku yang tepat tentu saja dengan terus membaca.  Membaca mestinya bukan pilihan tapi keharusan. Perintah pertama dalam agama adalah “bacalah!” Benci membaca itu kriminal. Kata Joseph Brodsky, “Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.”  Sempatkan waktu untuk membaca, jangan membaca hanya jika sempat. Tingkat literasi masyarakat NKRI harga mati adalah 0.001, artinya dari 1000 orang hanya ada satu yang minat membaca. Rata-rata warga Indonesia hanya membaca 0-1 buku setahun, bandingkan dengan warga Jepang yang rata-rata membaca 10-15 buku atau warga Amerika yang membaca 10-20 buku. Bangsa Yahudi jadi digdaya juga lantaran sadar pentingnya membaca. Orang-orang Yahudi dituntut belajar membaca dan menulis setelah Yerusalem ...

Perkara Payudara

  ما حكم لبس النساء حمالات الثدي ؟ لبس حمالات الثدي يحدده، ويجعل النساء كواعب، فتكون بذلك مثار فتنة، فلا يجوز لها أن تظهر به أمام الرجال الأجانب منها . “ Apa hukum memakai BH bagi perempuan? Jawaban Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi : Memakai BH mengakibatkan bentuk payudara menjadi tampak dan membuat para perempuan tampak lebih muda sehingga mereka menjadi sumber fitnah. Oleh karena itu, mereka tidak boleh memakainya di hadapan para lelaki yang bukan mahramnya .” Fatwa ini rasa-rasanya hanya mengandalkan sudut pandang laki-laki yang kurang mengerti serba-serbi per-BH-an, tapi saya tidak ingin mengulas sisi itu. Saya sudah pernah menulis tentang sejarah kutang, kali ini saya ingin membahas tentang isinya: payudara. Sekian lama saya berpikir kenapa laki-laki normal menyukai payudara. Secara ilmiah melihat payudara terbukti membuat laki-laki menjadi tenang dan bahagia, artinya ini bukan hanya soal seks. Sejumlah riset juga membuktikan bahwa hal pertama yang dili...

Media dan Sumber Belajar

  Media ada di mana-mana, menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita. Sumber belajar juga melimpah di sekitar kita. Pendidik yang baik tidak akan kekurangan media dan sumber belajar, meskipun tidak ada proyektor, papan tulis, buku dsb. Seluruh alam ini dapat menjadi media dan sumber belajar. “Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?” Allah menyuruh kita untuk belajar dari unta dan gunung serta makhluk lainnya. Bahkan, ketika Rasulullah mendapat perintah membaca ( iqra’ ) di Gua Hira, beliau tidak disodori buku atau kitab, artinya bahan bacaan itu bisa beraneka termasuk kondisi masyarakat Makkah yang terlihat jelas dari mulut gua. Seorang pendidik haruslah kreatif menemukan dan memanfaatkan segala hal di sekitarnya sebagai media dan sumber belajar. Pemanfaatan hal-hal yang dekat dengan pendidik dan peserta didik akan membuat pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak terkesan dip...

Keajaiban

Aku punya hidup yang biasa saja. Bagi orang lain mungkin begitu tapi bagiku tidak. Ini adalah hidup penuh keajaiban. Aku mengetik cerita ini sambil menikmati camilan yang baru saja diantar ke ruang kerjaku. Kepalaku memang agak nyut-nyutan karena baru saja menuntaskan koreksian. Sakit yang tak seberapa, tak ada apa-apanya dibanding kerja keras orang tuaku menafkahi aku. Aku lahir di keluarga yang sederhana karena terpaksa. Sewaktu kecil kami sering makan olahan nasi sisa karena tak ada cukup beras untuk dimakan. Bapakku sering hanya makan umbi-umbian yang ditanam sendiri. Ibuku kadang harus menjual isi rumah agar aku bisa berangkat sekolah. Aku menjalani hidup dengan mencemooh mimpi-mimpi besar, menganggapnya omong kosong. Takdirku adalah menjadi masyarakat agraris yang kampungnya tidak pernah mencium aspal. Masa depanku akan biasa-biasa saja, seperti keluargaku atau tetanggaku. Pikirku akan begitu. Dulu aku memimpikan punya rumah tingkat seperti yang sering kulihat saat sepedaan ke se...

Biner

Saya pernah mengikuti seleksi kerja yang cukup menjanjikan, nilai ujian tulis saya aman, sesi ujian lainnya juga lancar. Saya optimis lulus tapi kenyataan tidak, ternyata sudah ada nama yang dipastikan lulus sebelum ujian dimulai. Dia tidak lolos ujian tulis lalu panitia mengubah ambang batas kelulusan menyesuaikan nilainya. Alhasil, pekerjaan itu tidak saya dapatkan tapi saya belajar bahwa hidup ini tidak hitam putih. Secara teknis saya gagal tapi situasinya tidak sesederhana itu, ada faktor yang tidak bisa saya kendalikan yang membuat tidak adil jika pilihannya hanya gagal dan sukses. Saya tidak sedang menghibur diri tapi hidup memang tidak selalu menyajikan dua pilihan yang berlawanan. Selalu ada wilayah abu-abu. Ketika nenek moyang kita masih hidup di alam liar bersama predator mereka dituntut untuk berpikir cepat antara bertarung atau lari. Hanya ada dua pilihan. Pola pikir sederhana ini menentukan hidup dan mati mereka. Cara berpikir yang menyederhanakan pilihan-pilihan kompleks ...