Ulama zaman dulu banyak yang dikriminalisasi pemerintah gara-gara menolak diberi jabatan. Sekali lagi, menolak jabatan. Me-no-lak. Bukan gagal mengejar jabatan kemudian ngambek dan memusuhi pemerintah. Abu Hanifah (satu dari empat imam mazhab) disiksa hingga wafat oleh khalifah karena gak mau menduduki jabatan hakim. Padahal gaji hakim di masa Dinasti Abbasiyah melimpah ruah loh.
Setelah Abu Hanifah wafat maka sang khalifah bukannya tobat malah nyari target baru. Ia melacak orang paling alim sejagat kala itu. Ketemulah nama ulama terkenal (walaupun kisanak mungkin tak kenal, ehe) yaitu Sufyan Ats-Tsauri. Ulama ini jos banget lah, kalau orang lain tawaf tujuh kali maka beliau belum selesai sujud sekali.
Bisa ditebak, Sufyan menolak tawaran khalifah. Khalifah ngamuk lagi. Yah, hidup di era khilafah memang gak enak-enak banget juga. Sufyan pun melarikan diri. Duh Gusti, nolak jabatan sampai melarikan diri. Sufyan akhirnya jadi buronan pemerintah, beliau bersembunyi dari satu negeri ke negeri lainnya. Suatu ketika beliau mudik ke Makkah untuk haji, eh ternyata khalifah juga mau nyusul ke Makkah. Sufyan pun sujud di dekat Kakbah, lama sekali, berdoa agar khalifah tak memasuki kota itu. Doa Sufyan terkabul, khalifah meninggal sebelum masuk kota Makkah.
Ulama beneran memang mahal sekali harga dirinya. Mereka mau menutupi keutamaannya pun tetap ketahuan. Dalam pelariannya Sufyan pernah tiga bulan jadi pekerja di kebun kurma, tapi ketika ditanya perbedaan kurma di kebun itu dengan kurma jenis lainnya beliau tak tahu. Alasannya logis, pekerjaannya bukan tukang cicip, jadi ya gak mencicipi sama sekali. Majikannya yang tak tahu identitas asli Sufyan jadi heran dan berseloroh, "Apa kamu mau nyontoh Sufyan Ats-Tsauri dalam waraknya?" Lah, memang itu orangnya~
Komentar
Posting Komentar