Galileo Galilei sang bapak fisikawan modern mungkin terlalu ngebut pandangannya soal semesta. Ibarat orang-orang baru belajar mengeja, dia sudah ngajak bikin prosa. Alhasil, gagasannya tentang tata surya bukannya dipuja malah dikritik dan dihina oleh kebanyakan pemuka agama. Dua abad setelah kematiannya barulah pandangan ilmiahnya mulai diterima para cendikiawan yang lebih terbuka pikirannya.
Orang cerdas memang kadang disalahpahami atau paling tidak sulit
dimengerti. Pelukis legendaris, Vicent van Gogh dipuja karyanya setelah dirinya
mati melawan epilepsi dan depresi. Film-film Bruce Lee baru booming
setelah murid Yip Man itu meninggal dunia. Nama Ibnu Khaldun mencuat setelah
tiga abad ia wafat.
Ibnu khaldun dijuluki sebagai Bapak Sosiologi. Padahal, kata sosiologi baru
muncul abad ke-19 sedangkan Ibnu Khaldun hidup di abad ke-14. Seakan-akan Ibnu
Khaldun punya pemikiran yang lima abad melampaui masanya. Ibnu Khaldun hidup di
era peradaban Islam sedang suram. Wajarlah jika di masanya, apa-apa yang ia
gagas belum terlalu dilirik sarjana-sarjana di dunia luar. Tapi siapa peduli,
karya-karya menyejarah memang tak lahir dari motif ingin dipuji,
ia muncul dari hasrat dalam hati.
Karya legendaris Ibnu Khaldun berjudul Muqaddimah alias pendahuluan.
Disebut demikian karena memang kitab tersebut adalah jilid pertama dari tujuh jilid kitab Al-‘Ibar. Muqaddimah
terdiri atas enam bab yang membicarakan beragam topik seperti otoritas,
pemerintahan, ragam pekerjaan, keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Kitab ini adalah salah satu karya yang paling banyak dipuji cendikiawan
Barat maupun Timur. Sejarawan Inggris, Arnold J. Toynbee menyebut Ibnu Khaldun
sebagai orang pertama yang memperlakukan sejarah sebagai sebuah ilmu, alih-alih
narasi pribadi.
Ibnu Khaldun, Bruce Lee, Van Gogh dan Galileo Galilei mengajarkan kepada
kita bahwa penghargaan atas jerih payah bisa jadi tertunda. Cepat atau lambat,
karya-karya hebat insya
Allah akan memberi manfaat
bagi masyarakat. Mari lakukan amal terbaik kita agar kelak dunia tak hanya
mengingat kita dalam baris aksara pada nisan di atas pusara.
Ihrish ala ma
yanfa’uka!
Kata Nabi, “bersungguh-sungguhlah mengerjakan
hal yang bermanfaat bagimu!” Nah, tugas kita hanyalah melakukan yang terbaik
bukan mendapat sanjungan publik.
mantap pak
BalasHapusMantul 🖒
BalasHapus