Saya pernah membaca twit tentang para rohaniawan yang melakukan selibat. Katanya, ujian terberat bagi mereka adalah kesepian. Saat mereka memutuskan melayani tuhan, mereka terputus hubungan kekerabatannya dengan siapapun. Saat mereka sakit tak bisa lagi berharap dirawat oleh sanak saudara. Mereka tak punya orang-orang terkasih untuk sekadar curhat. Sepi mungkin bisa mengintimkan hubungan manusia dengan tuhan tapi iman yang naik turun tak mesti selalu siap hanya bermesra dengan tuhan. Kesepian itu menakutkan bahkan mematikan. Lihatlah orang-orang yang nekat jalan-jalan di masa pandemi sekadar ingin menghilangkan sepi. Beberapa orang mungkin memang sangat tertekan jika harus bertahan di rumah. Bayangkan seorang jomlo hidup di kosan, tanpa teman, tanpa kuota, HP Xiaomi dan motornya Beat. Sepi sanggup membawanya kepada bunuh diri. Nah, apakah yang mesti dilakukan agar tak kesepian di masa karantina diri? Pertama, membaca. Suasana sepi cocok untuk membaca, fokus kita tak ambyar ke man...