Saya pikir-pikir tampilan saya hari ini lumayan ngaco tapi penuh arti. Tas Rei ala-ala aktivis, jaket kelas zaman S1 simbol konsistensi alias ora tau ganti, baju batik hadiah dari emak-emak pengajian menggambarkan nasionalisme, celana hitam cingkrang anggap saja ciri radikal konservatif, wadidaw. Aktivis muda yang konsisten, nasionalis dan konservatif, begitulah kira-kira citra penuhnya, padahal aslinya tidak begitu. Alasan aslinya karena tidak punya seragam necis seperti petugas kecamatan atau guru-guru PNS yang sering ngebis bareng saya. Ehe.
Kelewat satu, sepatu sneaker murahan lambang kesunyian, mergawe gak kakehan lambe. Ini otak-atik saya sendiri sebab kata "sneaker" kan arti harfiahnya penyelinap, hehe. Dinamai begitu karena sepatu yang rilis di awal abad 20 ini tidak berisik seperti generasi pendahulunya. Sneaker yang berbahan karet dan kanvas keds tidak berbunyi klotak-klotak sehingga pas buat menyelinap. Meski bahan sneaker meredam bersuara tapi popularitasnya menggema. Seperti bekerja, tak perlu berisik banyak cerita, yang penting manfaatnya terasa. "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (At-Taubah ayat 105)
Komentar
Posting Komentar