Sebelas tahun lalu, saya dan teman saya mbolang dini hari. Kami nongkrong di lincak cor-coran dekat makam Congculi, akronim dari pocongan diuculi. Generasi penikmat serial pocong Si Mumun jelas kenal istilah macam itu. Duh, jebakan umur! Saya yang ndableg, ya santai saja nongkrong di tempat angker macam itu. Eh, sebelum salah sangka, saya tegaskan bahwa saya tidak sedang mencari pesugihan di sana. Ceritanya, saya sedang jadi panitia acara uji nyali, tenan!
Anehnya, makin lama kok makin ramai. Saya jadi mikir apakah orang-orang punya hobi nongkrong di kuburan. Ada yang sekadar lewat, ada yang masuk ke area makam. Lha ini, mulai agak horor. Beberapa saat kemudian saya baru nyadar kalau saat itu adalah malam satu Muharram, sama seperti malam ini. Malam tahun baru yang juga identik dengan ziarah kuburan. Yah, sedari tadi ngoceh ini sebenarnya cuma prolog untuk mengingatkan bahwa saat ini kita telah memasuki tahun 1441 hijriah.
Selamat merayakan tahun baru ini dengan cara masing-masing. Kaum mayoritas biasanya dzikir dan pengajian, kelompok lainnya boleh ziarah kubur, ngumbah sabuk, orang pergerakan bikin acara muhasabah atau nginep bareng, yang melalui tahun baru dengan bikin kajian tentang ke-bid'ah-an tahun baru ya ada, boleh, pokoknya bebas. Khusus bagi saya, tahun ini ngeri sekali, sebab penanda bahwa dalam hitungan hijriah, saya tidak bisa lagi mengaku berumur dua puluhan.... Ah, aku wes tuwek, untung waé sugih. Alhamdulillah.
Komentar
Posting Komentar