Pada tahun 1950-an, Sten Gustaf Thulin mulai khawatir dengan meningkatnya popularitas kantong kertas. Makin banyak kantong kertas artinya makin banyak pohon ditebang. Nah, pak Thulin akhirnya dapat ide untuk membuat kantong yang lebih praktis, ringan, mudah didaur ulang dan tentu saja ramah lingkungan, yaitu kantong plastik. Kisanak bisa membawa beberapa kantong plastik dalam saku, dan sewaktu-waktu menggunakannya. Gunakan, simpan, gunakan lagi. Bila sudah benar-benar rusak, buang di tempat sampah nonorganik agar didaur ulang.
Kantong plastik memang (aslinya) lebih ramah lingkungan dibanding kantong kertas atau kain. Menurut hitung-hitungannya BBC sih gitu. Untuk membuat kantong kertas atau kain dibutuhkan energi yang lebih besar daripada memproduksi plastik. Energi itu didapat dari SDA tak terbarukan, ngerti maksudnya? Penambangan tidak hanya menggerogoti perut bumi, limbah industrinya juga ngeri.
Lah, lalu bagaimana solusinya? Balik ke ide awal pak Thulin: gunakan plastik berkali-kali. Yang bikin timbunan sampah kan kebiasaan kita menggunakan plastik hanya untuk sekali pakai, lalu dibuang sembarangan. Kantong kain atau kantong emas sekalipun kalau sekali pakai langsung dibuang ya bakal jadi masalah.
Yuk, gunakan plastik dengan bijaksana. Kita bertahan pada hati plastik yang sama, hingga ia remuk dan tak sanggup lagi membawa beban. Haish! Sama plastik aja aku setia, apalagi sama kamu.
Komentar
Posting Komentar