Imam Syafi'i merasa aneh dengan orang yang menjamunya. Berdasarkan ilmu firasat yang dikuasainya, orang itu mestinya berperilaku buruk. Ilmu firasat membahas tentang karakter atau sifat seseorang berdasarkan ciri-ciri fisik dan gesturnya. Biasanya, Imam Syafi'i tak pernah salah menilai orang berdasarkan ilmu tersebut. Tapi kali benar-benar anomali, nyeleneh. Orang yang dianggapnya buruk, justru berperilaku sangat baik padanya.
Orang itu menjamu Sang Imam dengan penuh perhatian. Ia bahkan mengusir anaknya sendiri demi memberikan kenyamanan bagi Imam Syafi'i. Di pagi harinya, ia siapkan air hangat untuk Sang Imam. Imam Syafi'i merasa bahwa ilmu firasat yang ia pelajari tak berguna bahkan menyesatkan. Ia ingin membakar kitab firasat yang dimilikinya.
Imam Syafi'i hendak melanjutkan perjalanan setelah merasa cukup beristirahat. Ia pamit dan berterimakasih kepada tuan rumah yang telah menjamunya sedemikian baik. Imam Syafi'i mungkin agak merasa bersalah karena di awal perjumpaan menganggap orang itu adalah tipe manusia yang buruk. Ketika Imam Syafi'i mengutarakan maksudnya, si tuan rumah menyergah. Lelaki itu minta bayaran sewa jasa menginap kepada Imam Syafi'i. Weh, ternyata Imam Syafi'i menginap di hotel dadakan. Untung saja ia belum membakar kitab firasat yang dimilikinya....
Komentar
Posting Komentar