(1)
Rakyat: Pak, kita mau mendirikan khilafah!
Presiden: Ah, saya setuju. Saya sudah capek jadi presiden. Dipaido terus karo rakyat.
Rakyat: Beneran, Pak?
Presiden: Iya, pilih saja khalifahnya, setelah itu saya baru pensiun, biar gak ada kekosongan pemerintahan.
Rakyat: Wah, cocok, Pak. Kami akan konsultasi dulu kepada para ulama perihal pemilihan khalifah.
Presiden: Ok. Kalau butuh apa-apa WhatsApp saja.
(2)
Rakyat: Presiden sudah bersedia menerima sistem khilafah, mari pilih khalifah.
Ulama: Yuk...
Rakyat: Enaknya siapa yang jadi khalifah?
Ormas 1: Imam besar kami!
Ormas 2: Ladalah, ketua umum kami lebih layak!
Ormas 3: Kita pemilu saja biar adil.
Ormas 1: Demokrasi itu sistem kafir, thaghut! Kita serahkan urusan ini ke ulama.
Ulama: Duh, kami juga belum bersepakat dalam masalah ini.
Ormas 3: Memangnya cara memilih khalifah yang benar itu seperti apa?
Ulama: Sesuai Alquran dan Sunnah. Menurut Syaikh bla bla bla, dalam kitab bla bla bla...
Rakyat dan ormas: Waduh, mumet! Konkretnya milih khalifah itu gimana? Khulafaur Rasyidin dipilih dengan cara apa?
Ulama: Duh, gak ada cara bakunya. Abu Bakar dipilih dadakan oleh orang yang kebetulan ada saja. Ali saja gak ikutan rembukan. Umar ditunjuk Abu Bakar. Utsman dipilih komite bentukan Umar. Ali dipilih warga Madinah.
Rakyat: Mbuh lah, kami ini awam masalah beginian. Berita online saja cuma kami baca judulnya kok, jangan diajak mikir yang berat-berat!
Ormas 3: Waduh. Ruwet cah!
Ormas 1 & 2: Duh, militansi kami goyah. Sebenarnya dasar pendirian khilafah itu piyé? Allahu Akbar!
Ulama: Hehehe.
(3)
Presiden: Gimana-gimana? Sudah ada khalifah terpilih?
Rakyat: Mbuh lah, sampeyan lanjut saja seumur hidup.
Presiden: Ladalah! Gusti Allah nyuwun ngapura, piyé karepe rakyatku iki.
Rakyat: Pak, kita mau mendirikan khilafah!
Presiden: Ah, saya setuju. Saya sudah capek jadi presiden. Dipaido terus karo rakyat.
Rakyat: Beneran, Pak?
Presiden: Iya, pilih saja khalifahnya, setelah itu saya baru pensiun, biar gak ada kekosongan pemerintahan.
Rakyat: Wah, cocok, Pak. Kami akan konsultasi dulu kepada para ulama perihal pemilihan khalifah.
Presiden: Ok. Kalau butuh apa-apa WhatsApp saja.
(2)
Rakyat: Presiden sudah bersedia menerima sistem khilafah, mari pilih khalifah.
Ulama: Yuk...
Rakyat: Enaknya siapa yang jadi khalifah?
Ormas 1: Imam besar kami!
Ormas 2: Ladalah, ketua umum kami lebih layak!
Ormas 3: Kita pemilu saja biar adil.
Ormas 1: Demokrasi itu sistem kafir, thaghut! Kita serahkan urusan ini ke ulama.
Ulama: Duh, kami juga belum bersepakat dalam masalah ini.
Ormas 3: Memangnya cara memilih khalifah yang benar itu seperti apa?
Ulama: Sesuai Alquran dan Sunnah. Menurut Syaikh bla bla bla, dalam kitab bla bla bla...
Rakyat dan ormas: Waduh, mumet! Konkretnya milih khalifah itu gimana? Khulafaur Rasyidin dipilih dengan cara apa?
Ulama: Duh, gak ada cara bakunya. Abu Bakar dipilih dadakan oleh orang yang kebetulan ada saja. Ali saja gak ikutan rembukan. Umar ditunjuk Abu Bakar. Utsman dipilih komite bentukan Umar. Ali dipilih warga Madinah.
Rakyat: Mbuh lah, kami ini awam masalah beginian. Berita online saja cuma kami baca judulnya kok, jangan diajak mikir yang berat-berat!
Ormas 3: Waduh. Ruwet cah!
Ormas 1 & 2: Duh, militansi kami goyah. Sebenarnya dasar pendirian khilafah itu piyé? Allahu Akbar!
Ulama: Hehehe.
(3)
Presiden: Gimana-gimana? Sudah ada khalifah terpilih?
Rakyat: Mbuh lah, sampeyan lanjut saja seumur hidup.
Presiden: Ladalah! Gusti Allah nyuwun ngapura, piyé karepe rakyatku iki.
Komentar
Posting Komentar