Abu Sufyan yang memimpin kafilah dagang Suku Quraisy mendapat kabar adanya rencana muslimin Madinah ingin mencegatnya. Ia segera mengubah jalur perjalanannya dan mengirim utusan kepada sekutunya di Makkah agar mengirimkan bantuan. Abu Sufyan terjun langsung untuk mengetahui pergerakan pasukan muslimin yang menargetkan kafilahnya.
Abu Sufyan menyisir informasi hingga daerah Badar. Ia bertanya kepada seseorang, “Apakah kau berjumpa dengan seseorang?” Orang itu menjawab bahwa ia telah melihat ada dua orang lelaki. Abu Sufyan lantas memintanya menunjukkan pemberhentian hewan tunggangan dua orang itu. Setelah berada di lokasi, Abu Sufyan mengais-ngais sisa kotoran hewan di tempat itu, yang ternyata terdapat biji-bijian. “Wallahi, ini adalah makanan hewan penduduk Yatsrib (Madinah),” kata Abu Sufyan. Ia berhasil memetakan pergerakan muslimin dari temuan tersebut.
Selang beberapa waktu, pasukan Abu Jahal datang di wilayah Badar. Pasukan yang awalnya hanya bertujuan mengamankan Abu Sufyan dan kafilahnya, berganti niat ingin memusnahkan kaum muslimin melalui peperangan. Rasulullah mengirim dua orang mata-mata untuk menakar kekuatan musuh. Rasulullah bertanya, “berapa jumlah mereka?” Mereka menjawab, “Kami tidak tahu berapa jumlahnya.” Rasul melanjutkan, “Berapa unta yang mereka sembelih setiap hari?” Keduanya menjawab, “Satu hari sembilan dan hari lainnya sepuluh.” Rasulullah menyimpulkan, “Jumlah mereka sekitar sembilan ratus sampai seribu orang.”
Rasulullah maupun Abu Sufyan mampu menarik kesimpulan yang cukup akurat dari informasi yang sangat terbatas. Ketika nalar masih berpijar, empunya bakal terlindung dari perilaku ngawur dan ceroboh. Dengan cara berpikir sederhana semacam ini sebenarnya bangsa kita tak perlu berulang-kali tertipu hoaks dari dua kubu yang bertikai berebut kuasa.
Komentar
Posting Komentar