“Ya Rasulallah!” kata seorang yang sedang memegang tali kekang tunggangannya. “Aku ikat tungganganku ini lalu bertawakal atau aku lepas dan bertawakal?”
Rasulullah menjawab, “Ikatlah tungganganmu kemudian bertawakallah!”
Jawaban Rasulullah menegaskan bahwa tawakal bukan berarti mengabaikan usaha. Allah dengan kehendak-Nya telah menetapkan hukum sebab-akibat yang berlaku di dunia. Sobat misqin yang hidupnya susah lantaran malas boleh saja mengaku sedang diuji, tapi ia tak bisa terus mengelak bahwa keadaanya tidak lepas dari usahanya sendiri. Ia tidak semestinya diam dan pura-pura menikmati kesusahan sambil menunggu kemakmuran datang menghampiri. Apakah dengan bekerja keras kemakmuran pasti datang? Belum tentu juga, karena hasil tidak ditentukan oleh sebab tunggal.
Unta perlu diikat, jodoh perlu dipikat. Jika dalam urusan hewan tunggangan seseorang dituntut berusaha secara nyata sebelum pasrah pada-Nya apalagi dalam urusan lain yang lebih penting. Eits!, tujuan utama dari melakoni sebab (usaha) bukan semata-mata untuk mencapai keinginan tapi menunjukkan kepantasan sebelum bertawakal. Dengan demikian seorang muslim kudu memperhatikan kualitas proses, jikapun tujuan tidak tercapai ia masih dapat mengharapkan balasan pahala dari usaha dan tawakalnya.
Kuinginkan putrimu, wahai Kyai
Maka kutempuh jalan yang diridhai
Andai mimpi benar terjadi
Bahagia kudapati dan pahala menanti
Namun bila kenyataannya berbeda
Pinangan ditolak calon mertua
Hati yang berduka serta kecewa
Masih berhak mengharap pahala
Komentar
Posting Komentar