Bolak-balik Mubarak mengambilkan buah delima untuk majikannya tapi tak ada yang rasanya manis. Antara heran dan jengkel majikannya bertanya pada Mubarak, “Apakah kau tidak bisa membedakan buah yang manis dan yang masam, padahal sudah berbulan-bulan kau jaga kebunku?”
“Tidak bisa”
“Kenapa tidak bisa?”
“Karena saya ditugaskan untuk menjaganya, bukan mencicipi.”
Sang majikan pun terkesima dengan jawaban lugu tapi mengagumkan itu. Bak kisah dari negeri dongeng, sang majikan yang kebetulan ingin menikahkan anaknya kemudian memilih Mubarak sebagai menantu. Dari pernikahan barakah tersebut lahirlah pribadi luar biasa, penghimpun adab dan ilmu, ulama besar bernama Abdullah bin Mubarak.
Buah yang baik biasa hadir dari pohon yang baik. Kemuliaan nasab akan mendorong penyandangnya pada perkara-perkara besar dan mengambil jarak dari perkara remeh. Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, semulia-mulianya makhluk, adalah putra dari Abdullah, sebaik-baik putra Abdul Muthalib. Abdullah adalah yang pertama diselamatkan nyawanya dengan menyembelih seratus ekor unta. Penebusan tersebut menjadi dasar hukum diyat (denda pembunuhan) hingga masa Islam. Kakek Rasulullah, Abdul Muthalib adalah sebaik-baik penduduk Makkah di masanya. Dialah yang menggali Sumur Zam-zam yang memberikan manfaat hingga hari ini.
Memperbaiki masing-masing diri di hari ini adalah langkah memperbaiki generasi mendatang. Kemuliaan Rasulullah bahkan tidak ujug-ujug muncul dari dari Abdullah atau Abdul Muthalib. Rasulullah adalah buah dari doa yang dipanjatkan berabad sebelumnya. Rasulullah berkata, “Aku adalah (jawaban dari) doa ayahku dan kabar gembiranya Isa.”
Jika seseorang bukanlah buah dari pohon yang baik, tak ada yang menghalanginya menjadi pohon yang baik yang menghadirkan buah yang baik. Insyaallah.
Komentar
Posting Komentar