Saad bin Abi Waqqash dan beberapa shahabat lainnya mlipir ke celah-celah bukit karena hendak shalat. Di tahun-tahun awal dakwah, kaum muslimin harus ngumpet-ngumpet saat beribadah untuk menghindari persekusi dari kaum musyrikin. Nahas, meski sudah bersembunyi ternyata ada rombongan musyrikin yang memergoki Saad dan yang lainnya. Orang-orang musyrik sekonyong-konyong mencela para shahabat bahkan menyerang mereka. Saad lantas menggebuk seorang musyrik dengan tulang unta hingga berdarah. Itulah dari pertama yang dialirkan dalam membela Islam.
Sejak bentrokan yang dialami Saad bin Abi Waqqash dengan gerombolan kafir Quraisy, Rasulullah memikirkan perlunya basecamp dakwah yang aman. Setelah menimbang beberapa hal maka Rasulullah memilih rumah Arqam bin Abil Arqam. Terpilihnya lokasi tersebut menunjukkan kecerdasan Rasulullah yang luar biasa. Siapa yang bakal mengira jika pusat pertemuan dakwah justru berada di rumah Arqam yang berasal dari Bani Makhzum alias keluarganya Abu Jahal? Keren!
Menariknya lagi, Arqam bin Abil Arqam adalah seorang ABG berusia belasan tahun. Dengan usia semuda itu tentu semakin tidak diperhitungkan oleh kaum kafir Quraisy menjadi seseorang yang berperan penting Islam. Tapi lagi-lagi di sinilah tampak kecerdasan Rasulullah dalam memutuskan sesuatu. Apa yang terlihat tidak berharga di hadapan orang yang diliputi ketidaktahuan dapat menjadi hal yang sangat berharga bagi pemilik ilmu.
Arqam bin Abil Arqam sedari mula masuk Islam bukanlah orang yang terang-terangan menampakkan keimanan. Apa yang mungkin sebagian orang anggap sebagai kelemahan ternyata justru memberi manfaat besar bagi dakwah. Dengan tidak tampaknya keislaman Arqam maka tidak terlintas sedikitpun di kalangan musuk Islam bahwa dakwah Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam akan berada di rumah Arqam.
Nah, bisa jadi di sekeliling kita ada pula orang yang nampak ingusan dan tidak mentereng keislamannya, bahkan hidup di kalangan penjahat, tapi justru telah memberikan kontribusi besar bagi Islam.
Komentar
Posting Komentar