Semilir angin Makkah menggerakkan jenggot di bawah bibir manyun Abu Jahal dan para sekutunya. Makin ruwet saja urusan mereka dengan Rasulullah. Sudah lima tahun #Islam menjadi trending topic di kota penuh berhala itu. Hate speech dan hoaks tidak mampu membendung laju dakwah. Musuh-musuh Rasul makin naik pitam dan meningkatkan tensi intimidasi fisik sehingga orang-orang lemah dari kaum muslimin mengalami penderitaan yang mengerikan.
Di masa-masa berat itulah Allah mewahyukan Surah Alkahfi. Alih-alih berisi ayat tentang kesabaran atau bagaimana menghadapi ketidakadilan, Surah Alkahfi justru dipenuhi dengan kisah. Menurut para ulama, hikmah tersembunyi dari surah menjadi gamblang ketika Rasulullah berkata, “berpencarlah kalian di muka bumi ini!” Para shahabat bertanya, “kemana kami harus pergi, ya Rasulallah?” “Ke sana,” jawab Rasul sambil menunjuk ke arah Habasyah. Rupanya Rasul mengambil ibrah dari kisah hijrahnya pemuda Kahfi yang menjadi korban persekusi di masanya.
Pengarusutamaan belajar sejarah berlanjut pada generasi tabiin. Sebagian kalimat yang masyhur di kalangan mereka adalah “sesungguhnya kami diajari sejarah perang-perang Nabi, sebagaimana kami diajari sebuah surah dalam Alquran.” Pemahaman sejarah Nabi adalah salah satu pengikat agar pemahaman teks-teks agama tidak keluar dari bingkainya. Abu Hurairah pernah menegur seseorang yang salah kaprah memahami suatu ayat karena tidak tahu sejarah yang melingkupi turunnya ayat tersebut.
Sepertiga bahasan dalam Alquran adalah sejarah, hal ini adalah bukti pentingnya sejarah. Kisah-kisah itulah yang berkontribusi membentuk generasi terbaik umat ini. Sejarah berperan dalam susah dan senangnya mereka. Ketika Rasul dan para shahabat merasa makin menderita dengan perlakuan jahat kaum musyrik, Allah kisahkan ashabul uhdudsebagai renungan. Ketika Fathu Makkah begitu menggembirakan, Rasul mengampuni orang-orang Quraisy sebagaimana Yusuf mengampuni saudaranya.
Belajar sejarah bukan hanya penting tapi juga menyenangkan. Tidak perlu alergi, belajar sejarah tidak selalu mengenai tahun, nama dan tempat kejadian. Cukuplah bila kita mampu menciduk hikmah darinya. Demikianlah bagaimana Allah contohkan dalam kalam-Nya yang menawan. Alquran tidak selalu eksplisit menyebut nama pelaku sejarah, tidak detail menunjukkan tempat kejadian dan tidak pernah sama sekali mencantumkan tahun kejadian. Siapa nama wanita yang menggoda Nabi Yusuf, kapan Firaun tenggelam atau bahkan kapan sebenarnya Rasulullah lahir tidak lebih penting dari hikmah dari semua kejadian tersebut.
Komentar
Posting Komentar