Gerombolan penyebar hoaks tiada bosan mem-viral-kan fitnah bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah orang gila. Bagi penduduk asli Makkah, entah muslim atau kafir, hoaks semacam itu tentu sudah tidak lagi sebab mereka sama-sama tahu track record Rasulullah yang terpuji. Sedari awal hoaks itu mungkin memang tidak ditujukan untuk mengelabui penduduk Makkah melainkan para pelancong yang singgah di kota itu. Islamnya para pelancong lebih menyebalkan bagi gerombolan Abu Jahal sebab hal itu bakal memperluas jangkauan dakwah Islam. Pelancong yang masuk Islam otomatis akan mendakwahkan agama baru itu kepada kaumnya, hal itu tentu saja meresahkan kaum penyembah berhala.
Ketika Dhimad Al-Adiy pergi ke Makkah, ia tak luput dari obrolan trending topic tentang kegilaan Muhammad. Ia terpengaruh juga dengan fitnah itu. Uniknya, bukannya menjauh, Dhimad malah penasaran ingin bertemu Rasulullah karena ternyata dia adalah seorang “dokter spesialis kejiwaan”. Dhimad berujar, “sekiranya aku bertemu lelaki itu (Muhammad), semoga Allah menyembuhkannya dengan perantara diriku.” Makar jahat gerombolannya Abu Jahal malah jadi senjata makan tuan.
Akhirnya Dhimad bertemu Rasulullah, ia berkata, “ya Muhammad, sesungguhnya aku bisa mengobati penyakit gila, dan sungguh Allah menyembuhkan siapa yang Dia kehendaki melalui tanganku.” Dhimad kemudian berujar, “maukah engkau aku obati?” Baiklah! Mari sejenak kita posisikan diri di tempat Rasulullah: didatangi orang asing yang tanpa ba-bi-bu menawari kita terapi kejiwaan. What on earth! Are kidding me? Masya’allah, tentu Rasulullah tidak akan bereaksi seperti kita. Beliau dengan kalem bersabda, “innal hamda lillah, nahmaduhu wa nasta’inuhu wa man yahdihillahu fala mudhillalahu wa man yudhlil fala hadiyalahu.” Kemudian beliau bersyahadat dengan redaksi yang biasa kita dengan dari para khatib saat memulai khotbah Jumat.
Selain sikap yang kalem, narasi Nabi juga bikin adem. Dhimad berulang kali meminta Nabi mengulangi kalimatnya. Dhimad tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Rasulullah segera ambil momentum, “berikan tanganmu, akan aku baiat engkau masuk Islam.” Dhimad pun dengan penuh kerelaan bersyahadat dan sejak itu menjadi pribadi yang siap mengemban misi dakwah.
Dakwah Rasul mengalun lembut lewat kata tertata, bukan teriakan marah minus makna.
Komentar
Posting Komentar