Khaulah binti Hakim mendandani putri Ummu Rumman yang hendak menemui kekasihnya. Ummu Rumman turut serta dalam momen itu. Ia pantas berbangga sebab bakal secara utuh menjadi bagian dari keluarga terbaik di semesta. Sang putri melangkah anggun diiringi para remaja yang mendendangkan lagu-lagu kepahlawanan. Kebahagiaan kaum muslimin yang mulai mapan di Madinah semakin bertambah di hari itu. Itulah hari ketika Aisyah binti Abu Bakar akan secara penuh mengabdikan dirinya kepada Rasul.
Hari itu Aisyah mengenakan gaun nan elok berbahan sutra bermotif garis merah yang menambah keindahan. Pakaian indah yang didatangkan dari Bahrain. Pakaian yang cepat menjadi populer di kalangan muslimah Madinah. Jomblo yang menikah setelahnya banyak yang meminjam pakaian tersebut untuk dikenakan dalam walimah. Muslimah yang hendak menikah tidak hanya sederhana dalam urusan mahar, mereka juga tidak ribet masalah busana: kenakan seadanya atau pinjam saja.
Menikah itu mudah, ia sempurna dengan ucapan “aku terima nikahnya....” Bila para shahabiyah yang mulia rela menikah dengan sangat sederhana mengapa yang mendaku sebagai pengikutnya bersikap beda? Bukankah Fathimah juga rela hati dinikahi Ali yang tak pasti memiliki makanan esok pagi? Siapa pula yang menyangka Saudah, janda tua dengan dua belas anak menjadi jodoh pertama Rasul setelah Khadijah? Menikah itu sederhana, tentu saja setelah ada calonnya.
Selesaikan dahulu uas, magang oberservasi,microteaching,kkn,ppl kemudian semprop dilanjutkan skripsi dan akhirnya munaqosyah, dsripada menunggu calon yang belum launching,, 😆
BalasHapusBetapa lamanya.
Hapusjomblo fisabilillah kata mahasiswa IAIN pak..
BalasHapusAlhamdulillah.
Hapus