Amru bin Abasah memacu tunggangannya dengan jantung berdegup penuh semangat. Lelaki itu telah lama sumpek melihat kesesatan praktik menyembah berhala. Amru yakin Allah wajib diesakan tapi ia tak tahu bagaimana ibadah yang dikehendaki-Nya. Jiwanya bersorak ketika mendengar ada seorang lelaki Makkah mengaku sebagai rasul. Amru belum pernah bertemu Rasulullah sebelumnya, tapi jiwa tak selalu butuh pertemuan untuk saling terikat dan merindukan. Amru makin deg-degan saat tunggangannya lincah memasuki Makkah.
Di Makkah, Amru bin Abasah mendapati kaum kafir Quraisy menentang dakwah Rasul. Persekusi adalah menu harian bagi kaum muslimin meski saat itu keislaman belum disebarkan dengan blak-blakan. Amru bin Abasah juga mendengar ocehan-ocehan buruk yang ditujukan kepada Rasul. Namun, hal itu tak mengahalanginya untuk menemui Rasul dan menilai sendiri kelayakan beliau sebagai utusan Allah.
Amru bin Abasah menanyakan beberapa hal kepada Rasul hingga hatinya merasa puas. (baca: Radikal) Tak butuh jeda hingga Amru menerima kerasulan Muhammad. “Aku akan mengikuti Engkau.” kata Amru. Umat Islam kala itu masih langka, lemah dan terpinggirkan, bertambahnya seorang muslim adalah hal luar biasa. Rasul dapat memerintahkan Amru agar memperkuat barisan muslim menghadapi permusuhan tapi ternyata Rasul mengambil kebijakan lain. Rasul berkata, “pulanglah kembali ke keluargamu, apabila kau telah mendengar berita kemenanganku maka datanglah kepadaku.” Inilah kepemimpinan sejati yang tak menjadikan pengikut sekedar memperkuat pemimpinnya, Rasul memimpin untuk melindungi setiap orang.
Rasul menunjukkan keteladanan bahwa pemimpin semestinya mencarikan jalan untuk menjauhkan atau mengurangi penderitaan umat. Menghimpun pengikut di wilayah yang tidak mendukung dakwah bukanlah prioritas. Tujuan Rasul mengajak khalayak masuk Islam adalah untuk melestarikan agama Allah, bukan untuk mengumpulkan kekuatan. Karenanya, Rasul mengizinkan muslim hijrah ke Habasyah padahal Beliau sendiri bertahan di Makkah. Di Habasyah tentu saja mereka tidak bisa melindungi Rasul tapi mereka mampu mengupayakan keberlangsungan dakwah.
Alangkah wagu, ada yang mendaku memperjuangkan umat namun saban waktu bikin umat pusing melulu.
Komentar
Posting Komentar