Syaqna bin Abdul Wahid adalah guru ngaji kenamaan di negeri Maroko. Saking hebatnya figur ini, masyarakat seringkali ngalap berkah darinya. Sebagai ahli ilmu, Syaqna risih dengan puja-puji masyarakat padanya. Berkat ketelatenan setan, lama-lama Syaqna malah menikmati apa yang mulanya ia benci. Tegukan pertama dari nikmat popularitas melewati kerongkongan Syaqna seperti air garam yang justru menambah dahaga. Ia makin diperdaya syahwat dan selalu mencari jalan untuk menambah-nambah ketenaran.
Syaqna mendapat ide gila untuk menguatkan kedudukannya di masyarakat. Ia mengumpulkan orang-orang dan berkata, “Syaqna bin Abdul Wahid bukanlah nama asliku.” Ia kemudian menunjukkan kartu keluarga berisi silsilah rekaan yang bersambung ke Rasulullah. Sejak hari itu ia mengaku sebagai Abdullah bin Muhammad keturunan ahli bait. Khalayak mulanya ragu namun mengingat rekam jejak hidup Syaqna yang saleh, akhirnya mereka menerima klaim dusta itu. Batin Syaqna berjingkrak kegirangan sebab berhasil memanfaatkan kecintaan umat terhadap keluarga Rasul untuk memuaskan hasratnya. Sejak hari itu Syaqna resmi menjadi habib abal-abal!
Pembodohan publik makin lama makin meluas. Syaqna berhasil menghimpun loyalis dalam jumlah besar. Ia memanfaatkan khalayak yang sangat mencintai ahli bait tapi kurang ilmu tentangnya. Mereka menaati Syaqna seperti menaati seorang nabi. Syaqna kini rakus mencaplok berbagai wilayah bukan melulu demi popularitas tapi juga kekuasaan. Syaqna leluasa mengumbar syahwat, pengikutnya bungkam sebab meyakini habib palsu itu berhak melakukan apa yang ia mau.
Gerakan Syaqna makin agresif membidik kekuasaan yang lebih luas. Ia mulai mengusik stabilitas Daulah Bani Umayyah II yang baru didirikan Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman berkali-kali menggempur Syaqna namun gagal. Abdurrahman lantas menyusuri penduduk negeri untuk menemukan ayah asli Syaqna, yakni Abdul Wahid. Ketika pasukan Abdurrahman dan Syaqna berhadap-hadapan, dihadirkanlah Abdul Wahid. Syaqna kelabakan, wajahnya mendadak semrawut melihat ayahnya. Abdurrahman memerintahkan Abdul Wahid membongkar kedok Syaqna. Betapa mengejutkannya ketika Abdul Wahid maju, ia justru berteriak menguatkan kedustaan anaknya. Keduanya benar-benar berbakat memainkan drama!
Karena kedustaan Abdul Wahid maka pengikut Syaqna bertambah militan. Abdurrahman Ad-Dakhil lagi-lagi gagal memadamkan fitnah Syaqna. Setelah kedua pasukan berpisah, Syaqna semakin bernafsu melawan Abdurrahman yang telah menghukum mati Abdul Wahid lantaran kedustaannya. Syaqna yang sepuluh tahun sebelumnya hanya tergiur popularitas kini menjadi kriminal yang membabi buta—sudah babi, buta lagi! Kelakuan Syaqna yang makin gila akhirnya membuat istrinya sendiri menentangnya. Wanita itu membongkar kepalsuan nasab bikinan Syaqna. Apes, Syaqna yang tak mempan digempur Abdurrahman Ad-Dakhil akhirnya tewas di tangan orang-orang terdekatnya sendiri.
Dalam memerangi Syaqna, Abdurrahman mencontohkan bahwa hoaks harus dipadamkan dengan menghadirkan bukti-bukti. Oleh sebab itu Abdurrahman menghadirkan Abdul Wahid, walaupun ternyata usaha ini berakhir di luar prediksi. Penanganan hoaks si habib palsu yang melibatkan pemimpin tertinggi pemerintah menunjukkan bahayanya kasus semacam ini. Pemalsuan nasab adalah dosa berat—apalagi mengaku ahli bait, Rasul mengharamkan surga bagi pelakunya. Umat perlu berhati-hati dengan pemimpin yang tidak jelas nasabnya atau ulama yang tidak jelas akhlaknya.
Sangat bermanfaat, utk lebih berhati2
BalasHapusTerima kasih.
Hapus