Seorang penduduk Makkah yang memiliki nama paling harum. Wajah nan rupawan, pikiran yang cerdas dipadu dengan warna-warni pakaian elok menjadikannya buah bibir gadis-gadis Quraisy. Lelaki perlente yang menebus kalimat syahadat dengan sesuatu yang lebih menggelisahkan dari gertakan Abu Jahal. Keislamannya harus dibayar dengan sikap bermusuhan dari seseorang yang paling ia cintai, ibundanya sendiri. Apa yang terjadi di antara keduanya menjadi teladan terbaik tentang loyalitas dan permusuhan atas nama Islam. Padahal Rasulullah berkata bahwa ‘tidak ada pemuda Makkah yang lebih dimanja oleh orang tuanya seperti dirinya’.
Mush’ab yang baik, demikianlah kaum muslimin menyebutnya. Ia terdidik perihal kesopanan dan etika bergaul sebagaimana layaknya putra para pemuka Quraisy. Kepiawaiannya bertutur dan menjaga batas-batas norma menjadikannya pedakwah yang menawan. Meski kini pakaian glamornya berganti dengan jubah lusuh penuh tambalan, Mush’ab bin Umair tetap pada pesonanya. Lelaki inilah yang mula-mula menyemai cahaya di Yatsrib, menyalakan lentera dakwah di sudut-sudutnya, mempersiapkannya sebagai destinasi hijrah kaum muslimin.
Dalam Perang Badar dirinya terlihat gagah memegang panji Rasulullah, sementara saudaranya, Abdul Aziz, tampak di antara pasukan Abu Jahal. Mush’ab bukan satu-satunya yang mesti berhadapan dengan keluarganya. Abu Bakar tampak tegar mendapati putranya, Abdurrahman, memilih untuk menguatkan pihak kafir Quraisy. Abu Hudzaifah bin Utbah bahkan melihat ayah, saudara dan pamannya bersekongkol rela mati demi mematikan dakwah Nabi. Perang Badar banyak mempertemukan orang-orang yang saling mencintai sebagai lawan. Perang ini menjadi ujian nyata alwala' (loyalitas) terhadap Islam dan albara' (permusuhan) terhadap kekafiran.
Setelah perang usai, Mush’ab bin Umair berkata kepada seorang Anshar agar mengikat Abdul Aziz bin Umair yang tertawan. “Hai saudaraku, beginikah kau perlakukan aku?” kata Abdul Aziz beriba-iba. Mush’ab menjawab, “dia (orang Anshar) juga saudaraku selain engkau.” Jawaban Mush’ab mengabadi melesat ke ufuk yang tinggi. Inilah ukhuwah islamiyah yang ditinggikan Mush’ab melebihi ukhuwah karena hubungan darah.
Komentar
Posting Komentar