Khadijah ath-thahirah wafat beriringan dengan meninggalnya Abu Thalib. Itu adalah masa ketika kesulitan dakwah dilipatgandakan hingga luber. Namun, amanah kenabian tak mengenal cuti meski Nabi sedang bersusah hati. Keistimewaan Khadijah selamanya tak terganti tapi perannya dalam mendampingi Nabi menuntut pengganti. Fatimah membutuhkan ibu yang mengayomi terutama ketika Nabi pergi mendakwahi penduduk bumi. Saudah binti Zam’ah sama sekali tak mengira bila pintu rumahnya akan diketuk oleh Khaulah binti Hakim yang menyampaikan lamaran Nabi. Meski lebih tua dari Nabi, Saudah memiliki selera humor yang baik, Nabi sering tertawa dengan guyonannya. Ia pandai menceritakan hal-hal yang disukai Nabi. Demikianlah cara Saudah berbakti, sungguh ia datang di waktu yang tepat kepada Nabi. Saudah menyalakan keceriaan dalam suram tahun kesedihan (amul huzni). Tak berselang lama, Aisyah menyusul Saudah sebagai ummul mu’minin. Aisyah memainkan perannya sendiri sebagai istri Nabi. (baca: Aku Mencintainya M...