Abu Hurairah dan Ibnu Umar memiliki kebiasaan yang sama yakni tidur di masjid. Hal tersebut menjadikan mereka dekat dengan Rasulullah. Alhasil, keduanya menjadi shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Selain mereka, Abu Dzar, Salman Alfarisi, Hudzaifah bin Alyamani dan masih banyak shahabat lain, yang bukan hanya tidur di masjid, tapi mondok di masjid.
Ketika kiblat berbalik arah dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, dinding kiblat yang awal diberi atap kemudian disebut ‘ash-shuffah’. Tempat ini menjadi pondok bagi para shahabat yang belum memiliki tempat tinggal atau yang menyukai kezuhudan dan ingin selalu dekat dengan Rasulullah. Koordinator operasional ash-shuffah adalah Abu Hurairah.
Masjid dapat diakses selama dua puluh empat jam oleh kaum muslimin, tidak digembok setelah shalat jamaah bubar, eh!. Selain menyediakan tempat tinggal, masjid memiliki berbagai fungsi lain. Pertama, masjid adalah pusat keilmuan. Ia menyatukan para penuntut ilmu dari berbagai daerah sehingga mereka dapat saling berbagi ilmu dan membagikan hasilnya kepadanya kaumnya. Kedua, masjid adalah pusat informasi dan korespondensi. Surat-surat pemerintah biasa datang dan pergi melewati masjid. Beberapa informasi dalam surat kadang langsung diumumkan kepada seluruh jamaah atau dibahas dalam majelis terbatas.
Ketiga, masjid sebagai pusat koordinasi para mujahidin. Keempat, masjid difungsikan secara temporal sebagai balai pengobatan bahkan ‘penjara’ bagi tawanan perang atau hal lainnya. Mereka yang ditawan di masjid kemudian melihat aktivitas kaum muslimin nan indah, terkadang mendapat hidayah lantas berislam. Meski memiliki berbagai fungsi tambahan, fungsi utama masjid tetaplah sebagai tempat ibadah.
Di masa kini banyak masjid yang dipersempit fungsinya hanya untuk shalat dan sesekali pengajian. Anak kecil dibikin takut ke masjid karena ancaman keras tak boleh lari-lari, padahal dulu masjid biasa dijadikan tempat latihan bela diri. Balita bergojek dipelototi dengan ngeri, padahal Rasul santai saja ketika sujud lantas ditunggangi. Masjid di masa ini sering menjelma angker, tidur di masjid is not allowed forever, lebih-lebih bagi mereka yang biasa mengiler.
Ketika kiblat berbalik arah dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, dinding kiblat yang awal diberi atap kemudian disebut ‘ash-shuffah’. Tempat ini menjadi pondok bagi para shahabat yang belum memiliki tempat tinggal atau yang menyukai kezuhudan dan ingin selalu dekat dengan Rasulullah. Koordinator operasional ash-shuffah adalah Abu Hurairah.
Masjid dapat diakses selama dua puluh empat jam oleh kaum muslimin, tidak digembok setelah shalat jamaah bubar, eh!. Selain menyediakan tempat tinggal, masjid memiliki berbagai fungsi lain. Pertama, masjid adalah pusat keilmuan. Ia menyatukan para penuntut ilmu dari berbagai daerah sehingga mereka dapat saling berbagi ilmu dan membagikan hasilnya kepadanya kaumnya. Kedua, masjid adalah pusat informasi dan korespondensi. Surat-surat pemerintah biasa datang dan pergi melewati masjid. Beberapa informasi dalam surat kadang langsung diumumkan kepada seluruh jamaah atau dibahas dalam majelis terbatas.
Ketiga, masjid sebagai pusat koordinasi para mujahidin. Keempat, masjid difungsikan secara temporal sebagai balai pengobatan bahkan ‘penjara’ bagi tawanan perang atau hal lainnya. Mereka yang ditawan di masjid kemudian melihat aktivitas kaum muslimin nan indah, terkadang mendapat hidayah lantas berislam. Meski memiliki berbagai fungsi tambahan, fungsi utama masjid tetaplah sebagai tempat ibadah.
Di masa kini banyak masjid yang dipersempit fungsinya hanya untuk shalat dan sesekali pengajian. Anak kecil dibikin takut ke masjid karena ancaman keras tak boleh lari-lari, padahal dulu masjid biasa dijadikan tempat latihan bela diri. Balita bergojek dipelototi dengan ngeri, padahal Rasul santai saja ketika sujud lantas ditunggangi. Masjid di masa ini sering menjelma angker, tidur di masjid is not allowed forever, lebih-lebih bagi mereka yang biasa mengiler.
Komentar
Posting Komentar