Jarak kaya-miskin dalam masyarakat Quraisy sangat mencolok, ciri tatanan bobrok. Sebagian konglomerat memperburuk kehidupan kaum sengsara melalui riba. Mereka juga memeras para budak secara tak manusiawi bahkan memaksa sebagiannya melacurkan diri. Selain budak, orang merdeka yang berasal dari klan lemah atau terkucil (lepas dari perlindungan) merupakan bagian terbanyak dalam masyarakat miskin. Saking miskinnya hingga mereka tega membunuh anak perempuannya (maw’udah) demi mengurangi beban ekonomi.
Sebagian budak atau tawanan yang kabur membuat komunitas baru di luar kota. Mereka menjelma menjadi perampok atau penyamun. Kelompok ini menjadi ancaman serius bagi kafilah Quraisy yang mengadakan perjalanan dagang. Kaum Quraisy yang berfokus pada perdagangan telah sejak lama mulai kehilangan keahlian mereka di bidang perang.
Hal yang menarik dari kehidupan kaum miskin di Makkah adalah adanya tradisi i’tifar. I’tifar adalah bergulung-gulung di tanah lapang karena kelaparan akut. Hal ini dilakukan karena mereka tidak mau meminta-minta atau mengemis demi makanan. Betapapun perih perut yang kosong, mereka enggan merendah agar ditolong. Harga diri itu mahal kawan!
Kisah ini melanjutkan episode sebelumnya tentang moral masyarakat jahiliyah yang kadang lebih ‘baik’ dari moral masyarakat modern. Mereka berzina tapi hanya berkutat di kalangan budak dan pelacur, pelaku zina masa kini hampir dari semua kalangan. Amr bin Kultsum berani menebas leher Raja Hirah yang melecehkan ibunya, di masa kini orang rela menyakiti ibunya demi menyenangkan ‘raja’. Bani Bakar berani menentang pasukan Kisra demi menjaga satu janji, di masa kini banyak orang mudah nian ingkar janji. Ah, di masa kini banyak orang datang berhutang dengan wajah memelas berseri tapi jika ditagih jutru memaki-maki atau melarikan diri, eh!
Sebagian budak atau tawanan yang kabur membuat komunitas baru di luar kota. Mereka menjelma menjadi perampok atau penyamun. Kelompok ini menjadi ancaman serius bagi kafilah Quraisy yang mengadakan perjalanan dagang. Kaum Quraisy yang berfokus pada perdagangan telah sejak lama mulai kehilangan keahlian mereka di bidang perang.
Hal yang menarik dari kehidupan kaum miskin di Makkah adalah adanya tradisi i’tifar. I’tifar adalah bergulung-gulung di tanah lapang karena kelaparan akut. Hal ini dilakukan karena mereka tidak mau meminta-minta atau mengemis demi makanan. Betapapun perih perut yang kosong, mereka enggan merendah agar ditolong. Harga diri itu mahal kawan!
Kisah ini melanjutkan episode sebelumnya tentang moral masyarakat jahiliyah yang kadang lebih ‘baik’ dari moral masyarakat modern. Mereka berzina tapi hanya berkutat di kalangan budak dan pelacur, pelaku zina masa kini hampir dari semua kalangan. Amr bin Kultsum berani menebas leher Raja Hirah yang melecehkan ibunya, di masa kini orang rela menyakiti ibunya demi menyenangkan ‘raja’. Bani Bakar berani menentang pasukan Kisra demi menjaga satu janji, di masa kini banyak orang mudah nian ingkar janji. Ah, di masa kini banyak orang datang berhutang dengan wajah memelas berseri tapi jika ditagih jutru memaki-maki atau melarikan diri, eh!
Hampir tulisan yg ada satu ato lebih langkah dr nyata...ada waktu berbenah tuk sekitar...btw _top
BalasHapusAgak sulit memahami kalimat tersebut. 😌
Hapus