“Hai semua orang Yahudi, wallahi, kalian telah mengetahui bahwa membantu Muhammad adalah kewajiban kalian!” orang-orang Yahudi menjawab, “sekarang hari Sabtu.” Hari Sabtu adalah hari keramat bagi mereka, dihormati dengan berdiam diri atau tidak banyak beraktivitas. “Tak ada Hari Sabtu untuk kalian!” kata Mukhairiq. Dia mengingatkan kaumnya tentang kebaikan dan keadilan Muhammad terhadap mereka tapi argumen Mukhairiq kalah nyaring dari provokasi pembenci Nabi.
“Jika aku mati, hartaku menjadi milik Muhammad. Ia bebas menggunakannya untuk apapun yang dia kehendaki.” Mukhairiq seketika melesat menuju Uhud, berjuang mati-matian dan benar-benar mati dalam perang itu. Rasul bersabda, “Mukhairiq adalah sebaik-baik orang Yahudi (khairu yahudi—bukan alyahudi). Memang mengagumkan, selain menceburkan diri dalam jihad, Mukhairiq juga mewasiatkan hartanya kepada Rasul padahal kaum Yahudi dikenal sangat cinta harta.
Salah satu gejala yang melekat pada kebanyakan penyebaran agama adalah triumfalisme. Gejala ini tampil dalam keinginan saling menaklukkan, menafikan dan konflik. Sikap yang ditunjukkan orang-orang Yahudi Madinah adalah contoh gejala ini. Permusuhan dan pengkhianatan dari Bani Musthaliq, Quraizhah maupun Bani Nadhir seperti sudah sewajarnya dilakukan.
Islam menentang triumfalisme dengan ajaran kerendah-hatian dalam beragama. Islam tidak gebyah uyah melabeli komunitas atau agama lain sebagai musuh kemudian merendahkannya. Islam tidak menyukai, misalnya, pemeluknya langsung mencak-mencakketika mendengar kata “Yahudi”. Sejarah memang menceritakan banyak keburukan kaum ini tapi juga menyelipkan sisi baik mereka, Mukhairiq salah satunya. Di era modern, ada beberapa keturunan Yahudi yang berjasa dalam dakwah Islam misalnya Leopold Weiss (Muhammad Asad) penulis The Message of The Quran salah satu tafsir terbaik dalam Bahasa Inggris.
Komentar
Posting Komentar