Rasul memasuki Makkah sambil membaca surah Alfath dengan penghayatan atas nikmat dan ampunan. Setelah Makkah benar-benar tunduk, Rasul berbicara di hadapan orang-orang, “tidak ada sesuatu yang akan menimpa kalian. Hari ini Allah telah mengampuni kalian.” Beliau memberikan amnesti umum bagi penduduk Makkah sebagaimana Yusuf memaafkan saudara-saudaranya. Kemuliaan akhlak Rasul mendorong penduduk Makkah untuk masuk Islam secara berbondong-bondong.
Rasul membaiat kaum perempuan setelah kaum laki-laki. Beliau membaiat mereka agar tidak musyrik, mencuri, berzina, membunuh anak, berdusta dan mendurhakai perbuatan baik. Ketika Rasul menyebutkan larangan berbuat zina, Hindun binti Utbah berkata, “apakah ada perempuan merdeka yang berzina?” Pertanyaan Hindun akan terasa ganjil bagi kebanyakan manusia yang beranggapan bahwa masa jahiliyah identik dengan perzinaan tanpa terkecuali.
Perilaku masyarakat menjelang kerasulan Muhammad memang jahiliyah. Di antara bentuknya adalah merebaknya perzinaan yang melibatkan budak-budak wanita dan para pelacur. Pelacur biasanya memasang bendera tertentu di depan rumahnya sebagai tanda kesediaan melacurkan diri. Praktik zina sangat jarang dilakukan oleh wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatannya. Perzinaan masa kini yang melibatkan wanita merdeka sesungguhnya menunjukkan kualitas moral yang setara atau kurang dari para budak wanita zaman jahiliyah!
Ketika Islam menghapuskan tradisi zina muncullah semacam standar baru untuk membedakan wanita merdeka dengan budak. “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Al Ahzab: 59) Setelah ayat ini turun, muslimah merdeka dikenali (dibedakan dengan budak) dari penutup kepala (kerudung) yang mereka kenakan. Artinya, dalam komunitas muslimah, hanya budak wanita yang tidak mengenakan penutup kepala (kerudung). Wallahu a’lam.
Rasul membaiat kaum perempuan setelah kaum laki-laki. Beliau membaiat mereka agar tidak musyrik, mencuri, berzina, membunuh anak, berdusta dan mendurhakai perbuatan baik. Ketika Rasul menyebutkan larangan berbuat zina, Hindun binti Utbah berkata, “apakah ada perempuan merdeka yang berzina?” Pertanyaan Hindun akan terasa ganjil bagi kebanyakan manusia yang beranggapan bahwa masa jahiliyah identik dengan perzinaan tanpa terkecuali.
Perilaku masyarakat menjelang kerasulan Muhammad memang jahiliyah. Di antara bentuknya adalah merebaknya perzinaan yang melibatkan budak-budak wanita dan para pelacur. Pelacur biasanya memasang bendera tertentu di depan rumahnya sebagai tanda kesediaan melacurkan diri. Praktik zina sangat jarang dilakukan oleh wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatannya. Perzinaan masa kini yang melibatkan wanita merdeka sesungguhnya menunjukkan kualitas moral yang setara atau kurang dari para budak wanita zaman jahiliyah!
Ketika Islam menghapuskan tradisi zina muncullah semacam standar baru untuk membedakan wanita merdeka dengan budak. “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Al Ahzab: 59) Setelah ayat ini turun, muslimah merdeka dikenali (dibedakan dengan budak) dari penutup kepala (kerudung) yang mereka kenakan. Artinya, dalam komunitas muslimah, hanya budak wanita yang tidak mengenakan penutup kepala (kerudung). Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar