Ia bukan rasul maupun nabi tapi lebih dari seratus ayat membicarakannya. Ia menghimpun dua kriteria yang mengokohkan kemuliaan dalam masyarakat Quraisy jahiliyah, kekayaan dan kecerdasan. Kebunnya membentang dari Makkah hingga Thaif. Anak-anaknya tak mesti berdagang karena limpahan kekayaan yang berlebih darinya, mereka bebas mempelajari keterampilan lain guna melestarikan kehormatan nasab. Itulah sebab di kemudian hari salah satu anaknya akan tumbuh menjadi jendral perang yang tidak pernah kalah di masa jahiliyah maupun Islam, Khalid.
Ia dijuluki ‘pemberi bekal bagi musafir’ dan ‘satu-satunya’. Ia adalah orang pertama yang melepaskan sandal saat memasuki rumah Allah. Ia pemuka dalam renovasi Ka’bah dan menyaratkan iuran harta untuk perbaikannya bukanlah hasil riba, judi, melacur dan hal buruk lainnya. Ia mengharamkan khamr untuk diri dan anaknya. Ia pula yang menetapkan hukum potong tangan bagi para pencuri. Sebagian buah pikirannya mengabadi setelah disahkan Rasul sebagai syariat. Ia adalah pemimpin di Darun Nadwah, hakim masyarakat Quraisy jahiliyah. Dia adalah Walid bin Mughirah Almakhzumi, musuh besar dakwah Rasul.
Alquran memang banyak membicarakan dirinya tapi bukan tentang keutamaannya. Allah melaknatnya dan menjaminkan neraka baginya. Segala kebaikannya nyata gogrok ketika ia berucap, “akankah Alquran turun kepada Muhammad sementara aku tidak mendapatkannya padahal aku pembesar Quraisy dan pemimpinnya?” Walid bin Mughirah mengagumi Alquran tapi keangkuhan mendorongnya untuk menjadi penentang utama Rasulullah. Ia tak mau kemuliaannya di masyarakat diungguli oleh siapapun termasuk Rasul.
Dia adalah orang yang Allah maksud dalam ayat, “Aku akan memasukkannya ke dalam (Neraka) Saqar.” Sebagaimana terjadi pada iblis, Walid bin Mughirah enggan menerima kebenaran disebabkan kesombongan. Berhati-hatilah dengan narsisme karena Rasul bersabda, “tidak masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat setitik (dzarrah) kesombongan.” Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar