Atikah binti Zaid adalah seorang shahabiyah yang menghimpun berbagai keutamaan yang sulit dieja. Ayahnya, Zaid bin Amr bin Nufail adalah manusia agung yang selamat dari kemusyrikan di masa tanpa kenabian. Saudaranya, Said bin Zaid adalah salah seorang shahabat yang dipastikan masuk surga. Kemuliaan nasab Atikah digenapi dengan kualitas diri yang pada gilirannya akan melumerkan hati Ali, Zubair bahkan Umar. Kecantikan dan kefasihan lidahnya cukup untuk membuat seseorang melalaikan jihad!
Suami pertama Atikah, Abdulllah bin Abu Bakar, menyebutnya sebagai wanita yang gerak-geriknya menggelorakan cinta. Kecintaan Abdullah kepada Atikah mencapai taraf yang cukup akut hingga melalaikannya dari urusan agama. Kondisi tersebut mendorong Abu Bakar untuk menyuruh putranya menceraikan Atikah. Namun ratapan-ratapan patah hati Abdullah saat berpisah dengan istrinya menjadikan Abu Bakar kasihan dan mengizinkan keduanya rujuk. Ironisnya, ketika Abdullah membersamai Rasul berjihad dalam Perang Thaif sebilah panah maut memisahkan kembali dirinya dengan Atikah. Atikah yang mendengar kematian suaminya bersyair, “dan aku bersumpah mata ini tak ‘kan berhenti dari kesedihan atas dirimu!”
Atikah binti Zaid radhiyallau ‘anha menjadikan setiap lelaki yang menikahinya sebagai pencemburu. Saat Umar menikahi Atikah, Umar sering berselisih dengannya perihal kebiasaan Atikah shalat di Masjid Nabawi. Umar mencemaskan kecantikan istrinya yang dapat menimbulkan fitnah. Setelah Umar wafat Atikah diperistri oleh Zubair bin Awwam, salah satu shahabat yang dijamin masuk surga. Zubair mulanya membuntuti Atikah setiap kali ia pergi ke Masjid Nabawi sebelum akhirnya melarang Atikah melakukannya!
Kecantikan dengan segala warna-warni pribadi Atikah yang melumerkan hati seakan meminta harga yang sangat mahal bagi siapa yang ingin memiliki. Ya, semua lelaki yang menikah dengan Atikah berakhir sebagai syuhada. Orang-orang Madinah bahkan berkata, “Siapa yang ingin mati syahid menikahlah dengan Atikah binti Zaid!”
Melik Nggendhong lali... Rasa memiliki membawa kelalaian.
Komentar
Posting Komentar