Kaum muslimin dalam lelah menuju Madinah. Mereka baru saja berjihad mengepung pemukiman Bani Musthaliq. Kemenangan besar yang mereka raih tidak lantas menyembuhkan luka secara tiba-tiba. Bekas sabetan pedang atau tusukan tombak masih menawarkan anyir darah. Sebagaimana debu jihad yang belum sepenuhnya gogrok, kepayahan juga masih menggelayut. Sebaik-baik umat tetaplah manusia yang memiliki dinamika rasa. Dalam perjalanan meletihkan itu, Muhajirin dan Anshar yang biasa mendahulukan saudaranya, saling berselisih hanya karena air.
Perselisihan itu termanfaatkan dengan baik oleh kaum munafik untuk menyulut emosi dan mengobarkan fitnah. Celakanya dua orang yang mula-mula bertikai itu masing-masing mewakili Anshar dan Muhajirin. Abdullah bin Ubai segera memainkan isu SARA, ia adalah dedengkot barisan sakit hati yang menganggap datangnya Rasul ke Madinah telah menggeser kapasitasnya sebagai raja.
Mengetahui kemunafikan Abdullah bin Ubai, Umar ingin membunuhnya namun dicegah oleh Rasul. “Biarkanlah ia, supaya orang-orang tidak berkata bahwa Muhammad membunuh shahabatnya sendiri.” Rasul kemudian memerintahkan pasukan untuk bergerak hingga datang petang dan malamnya hingga pagi. Esoknya pasukan itu bergerak tanpa istirahat hingga terik menyengat. Perjalanan nyaris tanpa istirahat itu memalingkan orang-orang dari pembicaraan Abdullah bin Ubai dan mempercepat mereka mencapai Madinah.
Madinah menawarkan kenangan yang mendamaikan. Kota itu mampu melembutkan kembali hati kaum muslimin yang lelah. Kisah cinta tanpa syarat Anshar kepada Muhajirin di masa hijrah dapat kembali menyeruak. Jika dulu mereka merelakan segala yang dimilikinya untuk Anshar apakah kemudian mereka akan saling bermusuhan hanya karena air?
Beriringan dengan menjernihnya hati turunlah ayat-ayat tentang kemunafikan. Konspirasi Abdullah bin Ubai gagal total, kemunafikannya tersingkap jelas. “Jika engkau sungguh hendak melakukannya maka perintahkanlah saya untuk membunuhnya.” Kali ini bukan Umar yang mengatakannya tapi putra Abdullah bin Ubai! Ya, setelah hari itu setiap kali Abdullah bin Ubai menampakkan kemunafikannya maka kaumnya sendiri yang akan membungkamnya bahkan menawarkan pembunuhan terhadapnya.
Komentar
Posting Komentar