Langsung ke konten utama

Ketika Nabi Tak Mau Berbagi (2)


“Siapa yang paling Engkau cintai?” Tanya Amru bin Ash.
“Aisyah.” Jawab  Rasul.
“Maksudku dari kalangan laki-laki.”
“Bapaknya Aisyah."


Aisyah adalah cinta yang unik. Manja tapi cerdas, yang bermanja dengan cerdas. Ia cerdas ketika tak jua mau diajak pulang saat ‘nonton’ bersama Rasul, bukan karena ia menikmati pertunjukan tapi ia ingin orang lain mengetahui kedudukannya di samping Rasul. Ia cerdas ketika berdoa “Ya Rabb Ibrahim” bukan “Ya Rabb Muhammad” lantaran sedang ngambek dengan Rasul. Ia yang membanting nampan karena cemburu. Ia pula yang menghimpun sekian banyak ilmu dari Rasul, menguasai ilmu nasab, syair hingga pengobatan.

Aisyah. Suatu hari ia berdiri di dekat gerbang kota Madinah dengan kerinduan membuncah. Samar-samar ia mendengar deru pasukan semakin mendekat. Sang Rasul baru saja pulang dari jihadnya. Aisyah segera menyambut kedatangan Rasul dengan segelas minuman. Rasulullah meminumnya perlahan, dengan adab terindah seorang lelaki. Tegukan demi tegukan hingga hampir menghabiskannya andai Aisyah tidak menyela Beliau. “Ya Rasulallah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku.”

Seperti tak ingin disela, Rasul mendekatkan kembali bibirnya yang mulia ke mulut gelas. Aisyah kembali menyela dengan perkataan serupa. Aisyah tidak ingin kehilangan momen romantis yang biasa ia dapat saat makan-minum bersama Rasul. Jika Aisyah menggigit makanan makan Rasul akan menggigit di bekas gigitan Aisyah. Jika Aisyah minum maka Rasul akan minum di sisi gelas yang  sama dengan bibir Aisyah. Tapi hari itu bukan demikian adanya.

Akhirnya Rasul memberikan gelasnya kepada Aisyah. Raut wajah Aisyah seketika berubah saat ia meneguk sisa minuman dalam gelas. Ia hampir muntah. Bukan rasa manis yang ia rasakan tapi asin. Rupanya Aisyah yang mungkin terlalu girang dengan kedatangan Rasul tak sadar telah menambahkan sari garam bukannya sari gula ke dalam air itu.

Rasul menjawab permintaan maaf dari Aisyah dengan akhlak yang mengagumkan bahkan sejak tegukan pertama air garam itu. “Mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (baca juga: Ketika Nabi Tak Mau Berbagi (1))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biner

Saya pernah mengikuti seleksi kerja yang cukup menjanjikan, nilai ujian tulis saya aman, sesi ujian lainnya juga lancar. Saya optimis lulus tapi kenyataan tidak, ternyata sudah ada nama yang dipastikan lulus sebelum ujian dimulai. Dia tidak lolos ujian tulis lalu panitia mengubah ambang batas kelulusan menyesuaikan nilainya. Alhasil, pekerjaan itu tidak saya dapatkan tapi saya belajar bahwa hidup ini tidak hitam putih. Secara teknis saya gagal tapi situasinya tidak sesederhana itu, ada faktor yang tidak bisa saya kendalikan yang membuat tidak adil jika pilihannya hanya gagal dan sukses. Saya tidak sedang menghibur diri tapi hidup memang tidak selalu menyajikan dua pilihan yang berlawanan. Selalu ada wilayah abu-abu. Ketika nenek moyang kita masih hidup di alam liar bersama predator mereka dituntut untuk berpikir cepat antara bertarung atau lari. Hanya ada dua pilihan. Pola pikir sederhana ini menentukan hidup dan mati mereka. Cara berpikir yang menyederhanakan pilihan-pilihan kompleks ...

Perkara Payudara

  ما حكم لبس النساء حمالات الثدي ؟ لبس حمالات الثدي يحدده، ويجعل النساء كواعب، فتكون بذلك مثار فتنة، فلا يجوز لها أن تظهر به أمام الرجال الأجانب منها . “ Apa hukum memakai BH bagi perempuan? Jawaban Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa Arab Saudi : Memakai BH mengakibatkan bentuk payudara menjadi tampak dan membuat para perempuan tampak lebih muda sehingga mereka menjadi sumber fitnah. Oleh karena itu, mereka tidak boleh memakainya di hadapan para lelaki yang bukan mahramnya .” Fatwa ini rasa-rasanya hanya mengandalkan sudut pandang laki-laki yang kurang mengerti serba-serbi per-BH-an, tapi saya tidak ingin mengulas sisi itu. Saya sudah pernah menulis tentang sejarah kutang, kali ini saya ingin membahas tentang isinya: payudara. Sekian lama saya berpikir kenapa laki-laki normal menyukai payudara. Secara ilmiah melihat payudara terbukti membuat laki-laki menjadi tenang dan bahagia, artinya ini bukan hanya soal seks. Sejumlah riset juga membuktikan bahwa hal pertama yang dili...

Membaca Buku

Saya tidak suka membaca buku, kecuali nemuin buku yang benar-benar klik dengan selera saya. Semua orang barangkali sama, semua bisa suka membaca asalkan ketemu buku yang tepat. Satu-satunya cara untuk menemukan buku yang tepat tentu saja dengan terus membaca.  Membaca mestinya bukan pilihan tapi keharusan. Perintah pertama dalam agama adalah “bacalah!” Benci membaca itu kriminal. Kata Joseph Brodsky, “Ada kejahatan yang lebih kejam daripada membakar buku. Salah satunya adalah tidak membacanya.”  Sempatkan waktu untuk membaca, jangan membaca hanya jika sempat. Tingkat literasi masyarakat NKRI harga mati adalah 0.001, artinya dari 1000 orang hanya ada satu yang minat membaca. Rata-rata warga Indonesia hanya membaca 0-1 buku setahun, bandingkan dengan warga Jepang yang rata-rata membaca 10-15 buku atau warga Amerika yang membaca 10-20 buku. Bangsa Yahudi jadi digdaya juga lantaran sadar pentingnya membaca. Orang-orang Yahudi dituntut belajar membaca dan menulis setelah Yerusalem ...

Pencil, Penis Kecil

  Aristophanes, penulis drama masa Yunani Kuno menggambarkan ciri-ciri pria ideal sebagai “dada yang berkilau, kulit cerah, bahu lebar, lidah kecil, bokong kuat, dan penis kecil”. Patung-patung pria Yunani yang kita lihat di internet nampaknya memvalidasi ucapan Aristophanes, penis mereka imut! Bagi orang-orang Yunani Kuno penis kecil adalah penanda seseorang tidak dikalahkan oleh nafsunya. Itulah sebabnya patung dewa atau pahlawan memiliki penis yang kecil dan tidak ereksi. Penis besar adalah milik orang-orang bodoh yang logikanya dikalahkan oleh nafsu syahwat. Satyr sing manusia setengah kambing yang suka mabuk adalah salah satu yang divisualisasikan memiliki penis besar. Perkara penis pernah jadi tema penting di beberapa peradaban. Britania Raya era Victoria pernah dirisaukan bukan karena ukuran penis mereka tapi karena warganya yang hobi mengocok penis alias onani. Onani nampaknya memang dibenci banyak pihak. Injil pun menceritakan kebencian tuhan kepada Onan yang membuang-bu...

Media dan Sumber Belajar

  Media ada di mana-mana, menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup kita. Sumber belajar juga melimpah di sekitar kita. Pendidik yang baik tidak akan kekurangan media dan sumber belajar, meskipun tidak ada proyektor, papan tulis, buku dsb. Seluruh alam ini dapat menjadi media dan sumber belajar. “Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?” Allah menyuruh kita untuk belajar dari unta dan gunung serta makhluk lainnya. Bahkan, ketika Rasulullah mendapat perintah membaca ( iqra’ ) di Gua Hira, beliau tidak disodori buku atau kitab, artinya bahan bacaan itu bisa beraneka termasuk kondisi masyarakat Makkah yang terlihat jelas dari mulut gua. Seorang pendidik haruslah kreatif menemukan dan memanfaatkan segala hal di sekitarnya sebagai media dan sumber belajar. Pemanfaatan hal-hal yang dekat dengan pendidik dan peserta didik akan membuat pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak terkesan dip...