“Bukan anda orang yang berhak menerima kunci Alquds,” kata uskup Nasrani kepada Amru bin Ash. Episode ini terjadi ketika Alquds memilih jalan damai setelah negeri di sekitarnya dibebaskan kaum muslimin di bawah komando Khalid dan Abu Ubaidah. “O, kalau itu sih Umar, pemimpin kami di Madinah.” Jawab Amru bin Ash setelah sang uskup menyebutkan ciri-ciri orang yang berhak menerima kunci Alquds menurut kitab suci mereka.
Umar mendatangi undangan ke Palestina bersama seorang asistennya. Mereka mengendarai seekor bighal (peranakan kuda) secara bergantian dari Madinah hingga Alquds. Sekian kilo Umar jalan kaki sekian kilo berikutnya giliran asistennya. Qadarullah ketika memasuki Palestina, Umar lah yang mendapat giliran jalan kaki. Apa terlihat saat itu sama sekali berbeda dengan yang biasanya ditampilkan oleh pemuka Byzantium. Arakan warga Palestina yang mulanya riuh ingin melihat Umar mulai mengerenyitkan dahi. Penampilan Umar jauh di bawah ekspekstasi warga Palestina yang dikenal mencintai fesyen. Umar yang biasa menggunakan baju tambalan tentu saja tidak tampak seperti penguasa sepertiga bumi yang menaklukkan Romawi dan Persia.
Saat warga masih keheranan, para uskup justru bertambah yakin bahwa hari itu adalah hari yang dikabarkan dalam kita suci mereka. Maka benar pula sabda Rasul bahwa seandainya masih ada seorang nabi baru maka Umar lah orangnya. Hanya saja tidak ada nabi setelah Rasul Muhammad.
Kesederhanaan yang menaklukkan tidak hanya milik Umar tapi juga milik Abu Ubaidah bin Aljarrah, pemimpin besar wilayah Syam, kepercayaan umat Muhammad. “Jangan nanti engkau akan kecewa!” Jawab Abu Ubaidah saat Umar ingin singgah di rumahnya. Umar memaksa, setelah diiyakan Umar akhirnya menangis. Rumah Abu Ubaidah nyaris tanpa perabot, sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah penakluk pasukan Heraklius. “Kami semua sudah diubah dunia, hanya engkau yang tidak berubah!” kata Umar.
Komentar
Posting Komentar