“Ya Allah andai aku tahu cara yang paling Engkau sukai untuk aku menyembah-Mu, namun aku tidak tahu,” lelaki tua itu kemudian bersujud. Sewaktu ia menyandarkan tubuhnya ke Ka’bah ia berkata, “wahai Bangsa Quraisy, demi yang jiwa Amr bin Nufail berada di tangan-Nya, tidak ada di antara kalian yang berjalan di atas Millah Ibrahim kecuali aku!
Ia adalah orang yang dermawan. Ia adalah lelaki yang menyelamatkan bayi-bayi perempuan yang ingin dibinasakan. Ia adalah satu dari empat orang lelaki yang mengingkari penyembahan berhala: Waraqah bin Naufal, Ubaidillah bin Jahsy dan Utsman bin Huwairits. Waraqah kemudian mencari kebenaran dari Ahli kitab, Utsman mendatangi Kaisar Romawi dan menempuh jalan Nasrani, Ubaidillah sempat berislam dan hijrah ke Habasyah namun ia justru berakhir dengan meyakini Nasrani. Sementara lelaki itu tetap pada pendiriannya, ia tidak menganut Yahudi atau Nasrani. Ia sabar mengais sisa-sisa kebaikan Millah Ibrahim dengan kejernihan hati dan akalnya.
Ia mengembara ke sudut-sudut Jazirah hingga ke Syam untuk mencari kebenaran ajaran Ibrahim. “Engkau mencari agama yang tak ada seorangpun yang bisa menunjukkannya kepadamu!” kata seorang rahib yang ia temui. “Akan tetapi akan muncul seorang nabi dari negeri asalmu yang akan membawa Millah Ibrahim.” Sang rahib kemudian menyuruhnya pulang ke Makkah. Ia pun bergegas ingin meraih hidayah yang ia rindukan sepanjang hidup. Nahas, ia meninggal terbunuh sebelum kakinya menginjak tanah Makkah.
Dialah Zaid bin Amr bin Nufail, satu-satunya manusia yang menemukan cahaya di masa paling gelap. Rasulullah berkata, “ya, sesungguhnya dia berbeda dengan kaumnya.” Darinya terlahir Sa’id bin Zaid yang dijamin masuk surga serta Atikah binti Zaid, istri para syuhada: Abdullah bin Abu Bakar, Umar bin Khattab juga Zubair bin Awwam.
Komentar
Posting Komentar