Salah satu keutamaan ibunda Zainab binti Jahsy, sebagaimana disampaikan oleh ibunda Aisyah, adalah beliau bekerja dengan ketrampilan tangannya dan bersedekah dari hasilnya. Zainab memiliki ketrampilan menyamak kulit, menenun hingga berdagang minyak wangi. Aisyah radhiyallahu ‘anha sendiri memiliki keahlian sebagai seorang guru yang mendidik kaum perempuan maupun lelaki. Beliau adalah wanita yang sangat cerdas sekaligus yang paling fasih berbahasa Arab. Aisyah juga mewarisi keahlian yang dimiliki Abu Bakar yakni ilmu nasab. Ilmu nasab adalah hal yang sangat penting dalam masyarakat Quraisy (juga Islam) sebagaimana ilmu syair, yang juga dikuasai Aisyah.
Sungguh besar hikmah Nabi menikahi Aisyah yang begitu cerdas sehingga dapat menampung berbagai ilmu dari Nabi maupun orang lain. Urwah bin Zubair, putra Asma’ binti Abu Bakar, pernah bertanya kepada Aisyah tentang ilmu pengobatan yang dimilikinya. Aisyah lantas menjelaskan bahwa ketika Nabi sakit banyak tabib yang menawarkan berbagai obat kepada Nabi, ketika itulah dengan cerdas Aisyah mampu merekam penjelasan para tabib tentang obat dan khasiatnya. Radhiyallahu ‘anha, ummul mu’minin, Aisyah sang penghimpun ilmu, padahal usia beliau baru 18 tahun ketika Rasul wafat.
Ummahatul mu’minin adalah yang paling mengerti maksud ayat “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu.” Apa yang mereka praktikkan dari ayat tersebut adalah keteladanan terbaik. Rasul ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Rasul. Paparan di atas cukup jelas menerangkan bahwa dengan ‘tetap di rumah’ pun para wanita mampu menjadi pribadi yang luar biasa tanpa melanggar fitrahnya. Wahai perempuan pulanglah!
Komentar
Posting Komentar